Saat kasus AM di MK, kepercayaan publik hilang total tidak saja pada MK tapi pada keseluruhan pemerintahan dan negara.
Delegetimasi total MK terjadi, dan untuk memulihkannya perlu perombakkan mendasar pada MK termasuk pada mekanisme pemilihan hakim MK sebagaimana pada Perppu.
Saya heran bahwa ternyata wakil MK yang terpilih menggantikan AM adalah seseorang yang memiliki latar belakang persis AM antara lain erasal dari parpol dan merupakan mantan politisi senayan.
Hampir mustahil dapat dipercaya bahwa sesoeang yang memiliki latar belakang serupa akan mengubah latar depan MK yang berwibawa dan dipercaya.
Indonesia seolah,diserahkan kepada kaum penyamun yang telah teruji memiliki menrtal dan karakter moral yang diragukan.
Situasi belakangan ini membuat muak kita semua dengan serba kemunafikan dan miskin teladan etis dan moral pada diri dan prilaku pemimpin negara.
Pemimpin kita memiliki jiwa yang rakus, tidak peka dan bermuka uang, nilai-nilai kebaikan telah diputarbalikkan dan kenegarawanan telah sirna.
Tidak bisa sepenuhnya tanggung jawab dibebankan pada presiden, ya. Sebab presiden telah dibatasi oleh konstitusi hasil amandemen, undang-undang, parlemen dan kepatutan.Presiden yang dipilih rakyat namun kalah dalam parlemen.
Sejarah akan menagih presiden kita, apakah karena konstitusi melarangnya menjabat kembali, dia membiarkan rasa keadilan dan kepercayaan publik diabaikan termasuk dalam hal terpilihnya HS sebagai ketua MK dan tidak dilakukan perombakan kepemimpinan di MK.
Sejarah akan mencatat bahwa orang-orang dekat dalam kelompok presidenlah yang paling banyak diproses hukum korupsi.
Apakah presiden berani mengambil langkah-langkah yang bersinggungan dengan konstitusi tetapi menyelamatkan suatu lembaga negara dari krisis kepercayaan.
Tidak sulit memilih hakim MK yang pintar dan bersih. Rekrut saja dari universitas-universitas kita, jangan lagi membuka ruang bagi yang berlatar politisi. Sebab mereka -tau sama tau- telah disandera oleh kepentingan parta inya. Tidak dapat mereka mengabdi pada dua tuan. Tuan keadilan dan kebenaran disatu sisi dan tuan uang dan kepentingan disisi lain.
Jadi mudah saja sebenarnya, namun seringkali elite kita suka bermain-main dengan kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka.
0 komentar:
Posting Komentar