blazer korea murah

Saya Anak Biologis dan Ideologis Bung Karno



Jakarta, 6 September 2013


Sejak kemunculannya dalam kancah politik nasional, sejak itu pula muncul penilaian tentang sosok Megawati Soekarnoputri. Ada yang menilai Mega hanyalah anak biologis dari sang Proklamator. Namun, tidak sedikit pula yang berkeyakinan bahwa selain anak biologis Mega juga merupakan anak ideologis, yang menjadi penerus perjuangan mengaplikasikan dan mengimplementasikan Pancasila, ideologi yang mengandung nilai-nilai luhur yang mana Bung Karno merupakan penggalinya.


Atas adanya penilaian itu, Mega merasa perlu menegaskan bahwa dirinya adalah anak biologis dan ideologis dari Bung Karno.


Ada pula yang bilang, oh Megawati bukanlah seorang anak ideologis, dia hanya anak biologis. Salah besar. Saya anak biologis, tetapi juga yang utama, saya ini anak ideologis dari Bung Karno,” demikoan ditegaskan Mega dalam pidato politiknya di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDI Perjuangan, Eco Park, Ancol, di Jakarta, Jumat (6/9/2013).


Dia lalu menceritakan bagaimana dirinya sejak kecil selalu menemani Bung Karno. Bahkan di saat-sulit saat mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) sampai kemudian dikerdilkan menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Tidak berhenti di situ, lanjut Mega, dirinya karena dihantam kiri-kanan dan sebagainya yang intinya untuk menumpas ideology yang diperjuangkan Bung Karno. Jadi, kata Mega, dalam perjalanan panjang dan bagaimana komitmennya serta ujian serta tantangan berat yang dia lalui itu seharusnya bisa memberikan pemahaman bahwa tidak mungkin Mega sekuat itu dalam menjaga dan memperjuangkan ideologi kalau dia bukan anak ideologis dari Putra Sang Fajar.


Dalam pidatonya di acara itu, konsepsi yang dituangkan Mega baik dalam melihat Indonesia dan bagaimana membangunnya ke depan serta bagaimana menghadapi krisis saat ini juga tak lepas dari nilai-nilai yang diajarkan Bung Karno. Utamanya dengan konsep Trisakti yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya. Juga pentingnya konsep kunci nation and character building. Sebagai anak ideologis Bung Karno, Mega selalu mengambil rujukan nation and character building sebagai konsep kunci, karena tidak bisa dipungkiri pemikiran Bung Karno itu mutlak diperlukan oleh Indonesia.


Menurut Mega, kedua konsep kunci ini merupakan metode pembangunan dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara yang menjadi prasyarat bagi Indonesia untuk memiliki jatidiri di tengah pergaulan internasional. Presiden RI kelima ini menegaskan, bahwa pada usia yang ke 68 tahun ini, kita perlu bertanya seberapa jauh nation and character building telah kita jalankan?. Seberapa jauh jiwa bangsa dan rakyat ini telah dibangun dan digembleng sebagai jiwa orang-orang merdeka?.


“Kita berbahagia karena masih bisa memekikkan kata ‘merdeka’ dengan penuh keyakinan dan kebanggaan. Namun, dalam kontemplasi di usia yang ke 68 tahun bangsa ini, kebanggaan itu kini kehilangan daya persuasi untuk membangun optimisme. Kita dihadapkan pada realita semakin merosotnya kedaulatan diri bangsa,” urainya.


Dalam bidang ekonomi, hal ini disimbolkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah dan anjloknya neraca perdagangan kita. Sedemikian kronisnya krisis yang ada, sehingga tidak tersedia ruang lagi bagi bangsa ini untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan secara berdikari bagi rakyatnya. Konsepsi ‘berdiri di atas kaki sendiri’ di bidang ekonomi semakin jauh dari kenyataan.


“Bahkan, istilah ‘tempe’ yang di abad lalu dipakai Bung Karno dalam karya-karyanya sebagai metafora bangsa tempe, mental tempe, untuk menggambarkan rendahnya kualitas sebuah bangsa, kini bersama-sama dengan ‘tahu’ menjadi potret ketidak-berdayaan sebagai bangsa merdeka,” ujarnya.


Gambaran lain yang juga mengautkan penilaian bahwa Mega memanglah anak ideologis Bung Karno, adalah ketika Ketua Umum PDI Perjuangan itu dalam pidato politiknya memberikan semangat dan optimism kepada sekitar 1300 kader yang hadir di Rakernas III itu. Optimisme yang terus Mega kobarkan, bukan karena tantangan yang dihadapi dapat diurai dengan mudah. Namun, optimisme Mega bangun karena keyakinan bahwa PDI Perjuangan pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki rujukan ideologis bersama, yakni Pancasila yang selalu hadir sebagai jalan keluar bagi bangsa.


“Pancasila selalu menjadi suluh dalam kegelapan, menjadi leitstar dan kompas di kala kita kehilangan arah, menjadi fondasi ketika tulang-belulang bangsa ini merapuh,” tandas Mega dengan bahasa yang puitis.


Mega Menegaskan bahwa Pancasila harus dilihat sebagai hasil peradaban yang akan tetap memiliki nilai-nilai hakiki karena digali dari bumi Indonesia sendiri. Pancasila menjadi bingkai pengatur perilaku individu, kelompok, lembaga dan kebijakan ketika kita berada dalam pilihan-pilihan moral dan etis yang serba dilematis.


“Itulah sumber optimisme dan harapan saya. Itulah sumber optimisme dan harapan PDI Perjuangan,” tegasnya.


Dengan semangat, komitmen, dan ketegasan ideologi, serta bagaimana upayanya meneruskan ajaran Bung Karno itu, juga bagaimana keteguhan sikap politik meskipun diuji dengan berbagai tantangan atau bahkan tekanan, apakah masih juga meragukan bahwa Mega adalah anak ideologis Putra Sang Fajar? (*)




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/02/saya-anak-biologis-dan-ideologis-bung-karno-605974.html

Saya Anak Biologis dan Ideologis Bung Karno | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar