Awalnya saya mengira sosok Bunda Putri (BP) dimunculkan sebagai “orang dekat” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) oleh Lutfhi Hasan Ishaaq (LHI) sebagai bentuk serangan.
Tujuannya apalagi kalau bukan sebagai alat bargaining guna “menyelamatkan” LHI dari jeratan hukum, atau sebagai alat untuk “balas dendam” kepada SBY. Harapannya, isu mengenai BP yang makelar proyek itu semakin membesar dan SBY tersangkut di dalam pusarannya.
Dengan kecurigaan itu, saya mengira nama BP akan semakin membesar seiring proses pengadilan LHI dan pernyataan-pernyataan saksi berikutnya. Saya mengira, Hilmi Aminudin (HA) sebagai orang yang mengenalkan BP ke LHI akan mempertegas tuduhan LHI bahwa BP adalah “orangnya SBY”. Saya juga mengira saksi penting lainnya seperti Anis Matta (AM) akan mengkonfirmasi hal serupa.
Tapi di luar dugaan, perkiraan saya meleset sama sekali. HA bersaksi bahwa benar ia mengenalkan BP ke LHI. Benar bahwa BP adalah murid agamanya. Tapi tak sepatah kata pun keluar dari kesaksian HA yang mengkonfirmasi tuduhan LHI bahwa BP “orangnya SBY.”
Demikian halnya juga AM yang bersaksi kemarin (Jumat,1 November). Malahan AM bersaksi bahwa ia tak mengenal BP. Memang anehnya sekali, bagaimana bisa orang sepenting AM (di PKS) tak kenal BP. Sementara BP ini digambarkan sebagai sosok yang mengenal orang-orang penting baik di PKS maupun di Republik ini.
Bagaimana bisa HA tidak mengenalkan BP ke AM sementara HA mengenalkan BP ke LHI. Ah, yang benar saja AM!
Tapi baiklah kita abaikan keanehan itu. Intinya, baik HA maupun AM (dua tokoh maha penting PKS) membantah kedekatan BP dengan SBY seperti yang dituduhkan LHI. Padahal saya sudah membayangkan betapa dahsyatnya “serangan” terhadap SBY jika BP dikonfirmasi HA dan AM sebagai “orangnya SBY!”
Lalu mengapa HA dan AM tidak mengkonfirmasi tuduhan LHI? Tentu saja jawabannya karena BP memang sejak awal bukanlah “orangnya SBY” seperti dituduhkan LHI. Itu hanya akal-akalan LHI saja.
Atau bisa juga, HA dan AM mengukur bahwa serangan terhadap SBY melalui sosok BP ini tak akan berhasil. Percuma. Kemudian, demi menyelamatkan kepentingan yang lebih besar, HA dan AM “mengorbankan” LHI.
Mereka bisa jadi mengira LHI ini tak bisa ditolong lagi seiring terbongkarnya berbagai bukti tindak korupsi yang ia lakukan bersama Ahmad Fatanah.
Entahlah mana yang benar! Yang pasti, seperti halnya sosok lainya yang dimunculkan sebelum BP (ada Sengnam) sebagai “orangnya SBY”, semuanya menguap karena tak mengandung nilai fakta alias bohong belaka!
0 komentar:
Posting Komentar