blazer korea murah

Tragedi Naila Tewas di Depan Loket: Renungan Prosedur Layanan Rumah Sakit



Lagi-lagi karena uang. Lagi-lagi karena kemiskinan. Lagi-lagi karena prosedur yang buruk. Maka nyawa melayang. Nyawa bayi itu melayang hahya karena keteledoran kita. Kita semua tak peduli dengan layanan rumah sakit. Hanya ketika sudah terjadi tragedi, maka seperti kebakaran jenggot berupaya memerbaiki. Layanan rumah sakit baik rumah sakit umum maupun yang tak umum sama saja: buruk dan kurang baik. Politikus dan penguasa daerah juga tak peduli dengan prosedur buruk rumah sakit. Buktinya?


Kasus Rumah Sakit Harapan Kita yang digunakan untuk shooting sinetron yang mengakibatkan kematian pasien juga didasari mencari uang tambahan dari direktur dan manajemen RS. Rumah sakit dijadikan sebagai ladang bisnis hingga mengganggu kenyamanan pasien hingga meninggal. Contoh lainnya banyak seperti meninggalnya bayi karena ditolak di berbagai rumah sakit di DKI Jakarta. Maka kini jika terjadi lagi di RS Lasinrang, Pinrang, Sulawesi Selatan menjadi hal yang wajar dan biasa. Lalu kenapa hal tersebut terjadi?


Pertama, Rumah Sakit sebagai perusahaan. Rumah Sakit bagi para karyawan dan dokter hanyalah tempat untuk mencari nafkah belaka. Rumah sakit tak lebih dari sekedar tempat bekerja. RS sama dengan perusahaan dan bahkan pabrik. RS baik pemerintah maupun swasta sekedar tempat bekerja. Lalu apa produknya? Pasien. Pasien adalah obyek untuk hidupnya perusahaan yang disebut rumah sakit. Untuk hidup rumah sakit harus ada pemasukan uang.


Kedua, karyawan dan dokter rumah sakit adalah pekerja biasa yang tak terkait secara emosi dengan pasien. Karena pasien hanya sebagai obyek, maka pasien dianggap sebagai bagian dari angka-angka saja. Jumlah pasien menentukan jumlah uang yang dikumpulkan. Pasien hanyalah deretan angka penghasil uang bagi perusahaan. Maka, seluruh prosedur di rumah sakit adalah prosedur tentang uang, tentang keselamatan rumah sakit dari ‘kehilangan uang’, tentang pasien yang harus membayar, tentang pasien yang dipastikan akan membayar. Karyawan dan dokter rumah sakit tak memiliki empati terkait keadaan pasien.


Ketiga, prosedur darurat untuk menangani pasien di rumah sakit tak dibuat untuk menangani ‘orang miskin’ dan ‘kondisi darurat’. Yang ada banyak di rumah sakit adalah prosedur ketat yang berputar-putar dari mulai (1) pendafataran pasien, (2) pembayaran uang administrasi pendaftaran, (3) pendaftaran layanan dokter, (4) antri, (5) pemeriksaan dokter, (6) membayar biaya pemeriksaan dan obat, (7) antri membayar, (8) membayar dan menunggu obat, (9) administrasi pasien keluar, dst. Semua prosedur adalah tentang uang bukan pelayanan pasien.


Prosedur tentang pelayanan di rumah sakit terkait dengan kunjugan dokter, kesiapan perawat dalam pelayanan darurat pasien, semuanya tergantung dari penunggu di rumah sakit. Para anggota keluarga selalu disulitkan dengan dua hal tersebut. Kunjugan dokter pada pasien yang tak jelas ujung pangkalnya dan perawat yang tak pernah tampak dan rutin mengunjungi pasien. Tak ada kesungguhan melayani pasien. Kenapa? Karena prosedur dibuat bukan demi melayani pasien, namun untuk mengamankan agar uang tak lari dari pasien.


Jadi selama orientasi dan pandangan tentang rumah sakit hanya sebagai perusahaan dan para karyawan dan dokter hanya menganggap sebagai tempat bekerja, maka nyawa manusia - apalagi miskin dan bukan seperti para koruptor yang kaya raya seperti Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah, Nazaruddin, Aulia Pohan, Zulkarnain Djabar, dan bahkan Bunda Putri atau Ratu Atut yang memiliki banyak uang - hanya dijadikan obyek bisnis. Karena prosedur untuk orang miskin atau pasien miski sama sekali tak ada. Prosedur justru dibuat agar orang miskin dan pasien miskin jauh dari memanfaatkan rumah sakit. Kenapa? Rumah sakit hanya diperuntukkan bagi yang memiliki uang. Maka, pantas jika Naila tewas di depan loket kerena berdebat soal administrasi. Ini akibat kita tak peduli dengan prosedur dan rumah sakit membuat prosedur sebagai benteng agar rumah sakit tak rugi dan kehilangan uang.


Salam bahagia ala saya.





sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/02/tragedi-naila-tewas-di-depan-loket-renungan-prosedur-layanan-rumah-sakit-607060.html

Tragedi Naila Tewas di Depan Loket: Renungan Prosedur Layanan Rumah Sakit | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar