Tersentuh tidaknya kita saat menyaksikan sepak terjang buruh memperjuangkan keinginan mereka tentu akan melihat ke pangkal permasalahan yang ada saat ini. Bagi mereka yang sudah berpenghasilan diatas rata-rata buruh barangkali hanya bisa menyayangkan atas sikap-sikap mereka saat berdemonstrasi. Untuk itu mari sejenak kita membayangkan seandainya kita menjadi seorang buruh dengan segala substansinya. Ditunggangi atau tidaknya aksi mereka tentunya sebagian pemikiran kita akan mengarah kesana.
Buruh yang selalu saja berpeluh dan mengeluh tentang ketidak jelasan nasib masa depan mereka, terbungkam di petak-petak rumah kontrakan dengan berbagai macam mimpi bergelayut dalam benak. “aku ingin rumah, ingin sekolahkan anak-anak setinggi mungkin.” Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas keinginan itu??
“ya..benar. pemerintahlah yang mempunyai peranan atas jawaban untuk nasib buruh. Pemerintahlah yang mempunyai kunci pintu kesejahteraan untuk rakyatnya. Kalau pun hanya menaikan nominal upah buruh saja tidak akan pernah cukup, karena seiring dengan itu akan naik pula biaya hidup mereka.
Barangkali buruh pun akan rela berpeluh dan tersenyum bangga saat melihat anak-anaknya sedang menyelesaikan sekolah di perguruan tinggi tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Dan buruh pun akan tidur nyenyak dibawah naungan atap rumah subsidi pemerintah yang mencapai lapisan kalangan mereka tanpa birokrasi berbelit melilit leher mereka.
Dan barangkali juga seorang buruh out sourching pun bisa berkhayal, “andai aku jadi presiden, tentu akan kujadikan status PNS menjadi PNSO [Pegawai Negri Sipil Out sourching]dibawah perusahaan swasta dengan perjanjian kontrak kerja pula. “wah… gawat.”
0 komentar:
Posting Komentar