Capres yang Sudah Pasti Dalam 2014.
Pencalonan presiden dalam 2014 yang berdasarkan atas keputusan kongres partai merupakan kepastian, kecuali ada perubahan yang mendesak, akibat dinamika politik menjelang dan sesudah pemilu legislatif.
Saya akan memberikan gambaran kondisi Negara berdasarkan capres dan ideologi partai yang akan berkuasa memasuki thn 2014.
Jokowi Dengan PDIP : Ideologinya sudah jelas nasionalis murni, kondisi negra akan dikembalikan pada Panca-Sila dan UUD-45 secara murni dan konsekwen artinya penyimpangan akibat repormasi yang salah kaparah akan dihapuskan.
Hal ini dapat dilihat dari persetruan Jokjowi dan Mendagri. Politik Gumawan adalah berdasarkan dukungan masa atau ormas, sedangkan politik Jokowi berdasarkan Konstitusi. Jokowi berani menolak perintah atasannya yang tidak konstitusionil , misalnya pengantian Lurah Susan dan bekerja sama dengan FPI.
Mahfud MD dan Rhoma Irama dengan Ideologi agama NU/PKB
Kedua tokoh ini adalah orang2 sektarian. Dalam menjalankan kekuasaannya pasti akan membawa pesan sektenya, sulit bagi mereka untuk membela sekte lainnya, akibatnya terjadi ketidak adilan. Jika kelompok agama berkuasa, keputusan pememrintah akan condong berdasarkan desakan ormas, bukan berdasarkan konstitusi, seperti kasus Sampang dan Gereja di Jabar, akibatnya terjadi intimidasi terhadap kelompok minoritas, oleh kelompok mayoritas.
Kelompok pendukungnya akan merajalela, terjadi keresahan, terjadi intimidasi dll seperti yang terjadi di Mesir dimana sekte IM berkuasa, memilih presiden Mursi.
Kita semua sudah tahu bahwa repormasi yang ditunggangi Amien Rais membawa masuk ideology agama mengrogoti Panca-Sila dan UUD-45 sehingga sulit melakukan penegakan hukum , dan mengarah kepada kekacauan.
Ideologi agama akan makin berkibar dalam kekacaun, maka itu mereka memelihara teroris, hanya untuk membuat kekacauan, sedangkan di tingkat lagislatif mereka mebuat undang2 yang sifatnya melindumngi para teroris. Tujuan pokoknya sama, yaitu merubah Ideologi Negara menjadi ideology agama yang berdasarkan syariat, itulah yang disebut bahaya laten bagi NKRI.
Hal ini dapat dilihat dari mentri2 dan pejabat yang tidak kosnsisten dengan konstitusi, lebih condong mengunakan hukum2 agama dalam menyelesaikan masalah negara , umumnya mereka dikendalikan oleh ormas mayoritas.
Hata R dengan Dukungan PAN Ideologi Agama / Muhamadiyah
Tokoh pendukung Hata adalah Amien Rais, mulanya dia merangkul Jokow sebagai wakilnya, dengan memuji-muji Jokowi, kemudian terbalik mencerca Jokowi karena Jokowi tidak bersedia menjadi wakil Hata.
Dari perintiwa ini rakyat bisa menilai moralitas para petinggi PAN yang mendukung Hatta. Dari penilaian itu berimbas pada elactibilitas PAN pada pemilu 2014, karena rakyat sdh bosan dengan politisi yang curang .
Parpol PPP , PkS dan PBB, belum memiliki Capres.
Dalam partai agama telah terlihat persaingan kubu Muhamdiyah dan kubu NU, sedangkan partai PPP dan PKS masih sibuk mencari tokoh untuk capres mereka, tetapi akar rumput pemilih parpol agama yang diperebutkan sudah sadar kemunafikan parpol2 agama, oleh karena itu kemungkinan besar mereka akan lari ke Parpol2 Nasionalis. Jumlah pemilih yang sedikit itu diperebutkan oleh 5 parpol tentu tidan mungkin mendapatkan suara yang cukup untu mengajukan capres.
Ical dibawah Golkar, partai Pragmatis . Sejak pak Harto Jatuh, partai Golkar seperti rumah kosong, dimasuki oleh para dedemit, tujuang mereka adalah mencari keuntungan pribadi, seperti mengaruk uang Negara melalui kekuasaan yang didapatkannya dengan memanfaatkan dukungan akar rumput Golkar.
Ideologi partai seperti yang pernah dikatakan Priyo adalah kekuasaan. “ Partai manapun yang menang, golkar akan berkoalisi untuk mendapatkan kekuasaan “ Jika Partai Golkar berkuasa, keadaan Negara mungkin akan lebih buruk dari sekarang, karena didalam tubuh golkar sudah dimasuki oleh politisi2 agama yang berjuang memasuki hukum2 agama kedalam konstituisi Negara.
Golkar sekarang tidak mempunyai pemimpin yang idealis, tujuan mereka adalah untuk mencapai kekuasaan, bukan untuk meperbaiki Negara, kempanye mereka adalah janji2 yang tidak mungkin akan ditepatinya.
Surya Palo : dengan Partai Nasdem Ideologinya Nasionalis : Melihat dari pidato2nya semasih di Golkar, banyak yang merasa tertarik karena ideology negaranya masih kuat. Tetapi setelah mendirikan partai Nasdem suaranya mulai lenyap, kempanye perubahan yang didengungkan itu hanya sebatas slogan
Citra partai Nasdem akan ambruk mendekati Pemilu 2014, jika dalam kempanyanya tidak bisa menunjukkan jati dirinya sebagai partai nasionalis, apalagi jika berbau agamais, nasibnya akan sma dengan partai2 agama yang lainnya.
Kalau Jokowi berani dengan tindakan, Surya P seharusnya berani dengan ucapan menantang ormas2 dan orang2 yang merongrong kewibawaan negara dengan demikian dia akan mendapat dukungan lebih kuat dari kelompok nasionalis.
Partai, Demokrat mengambil Capres dari hasil Konvensi , masih jauh dari setandar Nasional, karena itu Partai Demokrat memunculkan Capres SBY–Ibas sebagai uji coba dukungan publik.
Tanggapan publik apriori terhadap pemberitaan ini, hanya menunnjukkan kepanikan Partai Demokrat, karena dalam tubuh Demokrat tidak ada pimpinan yang bebobot, semuanya adalah loyalitasan SBY, kalau sby turun, semuanya akan bubar.
Prabowo Dengan Gerindra, Yang Nasionalis :
Prabowo sebagai seorang nasionalis bisa diharapkan, tetapi masih jauh dibawah jokowi. Dia mendapat dukungan kelas bawah sebagai hasil dari kempanyenya, tetapi dari kalangan menengah keatas yang mengetahui carrienya, dia mendapat nilai negatif
Seandainya dia berkuasa menjadi presiden, dia akan lari menyelamatkan diri jika menghadapi situasi genting, disamping itu dia juga tidak bisa berpolitik. Sendainya dia bisa berpolitik, dalam kekacauan 1998 dia seharunya bisa naik, bukan lari keluar negeri..
Wiranto dengan Hanura yang Nasionalis :
Wiranto tokoh meliter yang kompromistis. Jika dia berkuasa menjadi presiden, Nasionalisme mungkin hanya menjadi slogan , dia tidak berani menegakkan konstitusi secara konsisten, karena tidak memiliki keberanian . sama dengan Sby, konstitusi di injak-injak demi hasil kompromi yang menaikkan citranya.
Kita bisa lihat waktu Prabowo mengerahkan pasukan, seharusnya Panglima langsung bertindak, bukan menunggu printah presiden. Seperti Suharto, hanya berbekal SP 11 Maret dia langsung berani bertindak tanpa meminta pertimbangan Presiden, karena keadaan yang genting waktu itu.
Kita membutuhkan Presiden yang mempunyai kebranian seperti Ahok, mempertaruhkan nyawanya demi membela konstitusi. Kita baca sejarahnya Bung Karno, berapa kali mendapat ancaman pembunuhan, dia sedikitpun tidak mundur menegakkan Panca-Sila, melawan kelompok agama yang hendak menegakkan Syariat Islam.
Hasilnya kita lihat, Sukarno mengakhiri hidupnya dengan tenang tanpa goresan pedang maupun desingan peluru, karena dia berada di jalan yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar