Jokowi alias Joko Widodo peduli dengan nasib monyet. Namun akibatnya, Jokowi dianggap melakukan pencitraan. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Jokowi untuk peduli kepada monyet selain faktor ‘kasihan dan kebinatangan’ yang dimiliki oleh Jokowi? Tampaknya alasan teori evolusi menjadi penyebabnya. Jokowi teringat bahwa manusia memiliki tautan keturunan dengan monyet atau manusia kera. Bagaimana sebenarnya teori evolusi dengan penciptaan oleh tuhan pencipta alam semesta?
Banyak kalangan penganut kitab suci terutama kalangan Islam apapun mengalami kebingungan yang akut terkait persoalan kecil yang disebut Teori Evolusi Darwin. Pun juga pemahaman tentang lahirnya alam semesta yang dimulai dengan ledakan besar dalam Teori Big Bang dan dimulainya waktu alam semesta gagal dipahami. Apa penyebab dan bagaimana sebenarnya kesesuaian antara ilmu pengetahuan alias science dengan keyakinan penciptaan alam semesta oleh Tuhan?
Penganut agama adalah para pemercaya sesuatu berdasarkan kepercayaan dan iman an sich. Namanya iman tidak boleh ada alasan atau dengan alasan. Iman yang benar adalah iman tanpa pertanyaan. Iman dengan pertanyaan bukanlah iman yang kaffah dan tidak sempurna. Iman dengan keraguan juga bukan iman yang sempurna. Posisi yang demikian itu tak akan membuka ruang bagi perbedaan pandangan dan ‘keyakinan’ terkait masalah yang dianggap berbeda antara ‘ajaran yang dianggap dari tuhan’ dengan ajaran sekuler atau ilmu pengetahuan.
Contoh paling nyata adalah tentang Bumi yang diyakini dan diimani sebagai pusat tata surya dan berwujud seperti meja - bukan bulat. Keyakinan dan keimanan ini bertahan sampai seribu tahun. Meskipun sebenarnya ajaran Hindu-Buddha sejak lebih dari dua ribu lima ratus tahun lalu telah menunjukkan adanya 6 planet dan Bumi yang mengitari matahari yang terpahat di Borobudur (Candi Borobudur sendiri dibangun pada abad ke-9 ketika Eropa dalam masa kegelapan).
Keadaan itu terus berlanjut dengan Adam dan Eva sebagai manusia mula-mula diyakini sebagai iman dan keyakinan. Ilmu pengetahuan dengan bukti-bukti empiris yang memberikan bukti tentang teori evolusi pun dianggap sesat. Kenyataan adanya evolusi kehidupan dan evolusi alam semesta yang tak terbantahkan pun dianggap salah oleh para pemercaya kitab suci yang sempit pikir akibat ketidakmampuan memahami kitab suci itu sendiri. Kitab suci sebenarnya adalah petunjuk dasar bagi pemahaman manusia untuk memahami diri (menuju jiwa yang tenang) dan memahami alam semesta sebagai alat memahami sang pencipta.
Jika kita mampu memahami bahwa kitab suci adalah alat memahami diri dan alam semesta, maka secara jelas disebutkan pula tentang penciptaan alam semesta hanya dengan ‘kalam’ dengan ‘perkataan’ dengan ‘ungkapan’ yang berwujud dalam kiasan kata ‘kun fa ya kun’. ‘Kun’ dalam konteks keimanan dan keilahian menunjukkan kekuasaan mutlak Allah SWT sebagai pencipta, bahwa hanya dengan ‘kun’ maka ‘fa ya’ dan ‘kun’: jadi maka jadilah. Penciptaan alam semesta ini begitu sederhana bagi Sang Khalik atau Pencipta.
Sejak, ‘kun’ diucapkan - sebenarnya pengucapan pun Allah tak perlu lakukan karena Allah adalah omnipotent - maka entetan proses penciptaan seluruh alam semesta terjadi. Allah SWT menciptakan seluruh isi alam semesta dengan konsep sekali kata ‘kun’. Allah yang berkuasa tak perlu repot-repot mendesain apapun karena seluruh proses penciptaan apapun telah masuk ke dalam grand design ‘kun’ itu sendiri.
Maka, manusia, jin, semut, dinosaurus, kucing, tumbuhan, pohon, gas, api, kambing, Bumi, bulan, bintang, kuda, air, awan, medan magnet, matahari, gravitasi dan seluruh kelengkapan alam semesta telah termasuk ke dalam Grand Design satu kata KUN yang hasilanya adalah alam semesta yang lengkap dalam wujud fa ya KUN. ‘Fa Ya’ adalah rentang waktu proses dalam konsep waktu keilahian dan waktu alam semesta yang sebenarnya saling terkait erat - terbukti dengan Isra’ Mi’raj Muhammad SAW.
Dengan memahami penciptaan oleh Allah dan konsep kesempurnaan grand design alam semesta dalam ‘Kun”, maka teori Big Bang, Teori Evolusi, Adam dan Hawa dan semua hal terkait ilmu pengetahuan tidak aka nada yang bertentangan. Memertentangkan ilmu pengetahuan dengan keyakinan adalah sikap ‘kurang paham dan kurang beriman dan kurang memahami’ kalamullah, Firman dan Kalam dan Kata dari Allah. Pun harus dipahami bahwa kitab suci adalah alat pendekatan untuk memahami Allah sementara pembuktian eksistensi Allah justru ada di dalam diri manusia dan alam semesta. Yang masih meributkan dengan antusias pertentangan tentang teori evolusi, teori big bang, dll dengan kitab suci adalah mereka yang belum tuntas memahami agama secara kaffah - padahal kitab suci sebagai penunjuk adalah nyata.
Nah, dalam konteks yang luas seperti itu tampaknya Jokowi lantas peduli dengan monyet. Luar biasa yang dilakukan oleh Jokowi.
Salam bahagia ala saya.
0 komentar:
Posting Komentar