Bertahun-tahun kesal dengan keadaan negeri ini, aku jadi kesal dengan diriku sendiri. Karena aku merasa nggak pernah memberikan apa-apa untuk republik ini. Mulai tahun 2008 aku nyinyir ke Presiden kita dengan sebuah cerpen di Majalah HAI, judulnya… Kenzo Arok dan Niken Dedes. Sebuah celetukan di tulisan itu yang kira-kira bunyinya begini… Salah sendiri, kenapa mau jadi Presiden?
Bawaan pengen protes sama Presiden ini terus berlanjut di tahun 2009-2010, ketika aku aktif di akun lama facebook. Kegelisahan itu dimulai karena aku mendengar langsung keluhan-keluhan dari rakyat, jadi aku jengkel dan meluapkannya di status facebook. Lama-lama aku makin kesal, sehingga pernah tertulis (di status facebook) dan benar-benar ditujukan untuk Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ketika aku menulis Get Married The Series, lagi-lagi aku kesal dan menyindir Presiden via karakter Eman. Bunyi sindirannya begini kira-kira… Coba presiden kita makan ikan asin kayak Eman. Pasti dia bisa merasakan seperti apa yang rakyat kecil rasakan. Balasan dari kritikan ini pernah saya baca di koran lokal, yang intinya, bahwa tim ahli gizi Presiden kita itu bukan sembarangan ngasih makan ke dia. Baru dari sini aku bisa ngerti, seperti apa rasanya jadi Presiden itu.
Suatu hari di tahun 2011, aku pernah marah via status facebook, yang intinya… Biar aku saja yang jadi Presiden. Ini menjadi bahan tertawaan orang banyak, seingatku. Bahkan aku minder sendiri dengan apa yang sudah aku tulis di facebook. Mindernya kenapa? Karena aku kesal menyindir Presiden, tapi aku sendiri nggak berbuat apa-apa.
Tapi kemudian aku tidak sengaja membaca tulisan di hari valentine tahun 2012. Entah ditujukan kepada siapa tulisan ini, intinya, aku merasa makin minder. Pernah suatu kali aku dikritik oleh teman (ya, anak pejabat di Republik inilah), yang intinya, aku musti nyadar siapa aku ini? Orang kecil di negara kita ini nggak akan pernah punya kesempatan bicara. Kita dibungkam, agar mereka yang besar itu merajalela dengan seenak udelnya saja.
Sampe sekarang pun aku masih kesal, tapi mau gimana, lama-lama aku nyadar bahwa sebenarnya aku bukan siapa-siapa. Aku hanya rakyat biasa sama seperti yang lain.
Dan ternyata… Aku tak sengaja bertemu dengan Om Dedi Setiadi, yang akan membuat acara talkshow tentang sosialisasi program DPR RI. Aku punya kesempatan menjadi salah satu dari rakyat yang bicara kepada Ketua DPR RI. Om Dedi sudah memberi masukan, apa yang semestinya aku sampaikan. Tapi karena marah, aku menyampaikan dengan gayaku. Satu kalimat yang paling aku ingat, yang tanpa sadar keluar dari mulutku. Kalimatnya begini…
“Bukannyo kami ni pindang tulang, Pak!” kataku ke Marzuki Alie.
Program ini akan tayang nanti malam di stasiun TVRI nasional, jam 20.00 WIB (jika tidak ada halangan). Semoga ini mencerahkan kita semua, bahwa kepada siapa sepantasnya kita mengadu dan marah.
0 komentar:
Posting Komentar