Menurut ahli politik, pengamat bahkan kaum agamawan, karakter politikus itu banyak ragamnya. Ada istilah politikus panjat pinang dan politikus panjat tebing. Dari dua karakter politikus ini, mana yang kira-kira akan pilih pada masa mendatang?
Politik Panjat Pinang
Pernahkan kita melihat adegan panjat pinang yang sering disajikan saat tujuh belasan? Pasti semua pernah melihatnya. Untuk mencapai tujuan mereka akan saling injak satu sama lain. Karakter seperti ini layak disematkan pada sebagian besar politikus kita zaman sekarang. Untuk mencapai karir jabatan tertentu etika dan moral dikesampingkan dulu.
Politik panjat pinang sendiri sangat akrab dalam kehidupan kita. Untuk sampai di puncak karir, perilaku menyalip di tikungan dianggap lumrah. Menginjak teman hal yang biasa. Yang di injak tidak boleh marah, resiko bermain panjat pinang memang begitu. Kalau tetap marah, jadilah yang bersangkutan dicopot atau di PAW oleh sistem yang sudah diatur sedemikian rupa.
Panjat pinang memang suatu tradisi yang harus dilestarikan. Tapi bila dikaitkan dengan mental para politikus zaman sekarang, dia menjadi masalah. Kenapa? Karena kebanyakan politikus sekarang enggan untuk menjadi pemanjat pertama atau kedua. Mereka lebih suka mencari cara untuk menjadi pemanjat terakhir agar lebih enak menginjak yang di bawah. Menjengkelkan!
Politik Panjat Tebing
Lain halnya dengan politik panjat tebing. Ciri politik seperti ini melekat pada diri kaum oportunis atau munafiq. Demi menyelamatkan diri sendiri loncat-loncat partai dianggap biasa saja. seperti itulah para pemanjat tebing. Walau dikenal kegiatan menantang dan pacu adrenalin, tetap saja keselamatan diri sendiri lebih diutamakan dari pada yang lain.
Saya pernah menonton sebuah film yang bercerita tentang para pendaki gunung bersalju. Katakanlah mereka pemanjat tebing juga. Dalam film tersebut seorang pendaki terpaksa memotong tali yang menahan tubuh temannya di bawah akibat tak sanggup lagi menahan beban. Si teman meluncur deras ke jurang. Tak perlu membayangkan seperti apa bentuk temannya setelah itu. Sementara si pemutus tali selamat.
Begitulah para politikus panjat tebing. Ia akan memutus beban di rumah asal demi menyelamatkan diri sendiri. Ketika dinding tebing di rumah asalnya sangat terjal dan rapuh, atau karirnya agak mandek karena berbagai masalah, umumnya mereka akan mencari ‘dinding baru’ yang dipandang kuat untuk menyelamatkan diri dan karirnya.
Nah, sekarang kita pilih politikus yang mana?
# Menulislah Untuk Pencerahan Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar