blazer korea murah

Sistem Islam, Sistem Terbaik



Penceramah : Ustad Nur Kholis (di Masjid Al Hakim BSD)


Islam adalah agama yang paling sempurna. Banyak orang Islam yang perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti percaya pada ramalan, dan bertransaksi di bank yang menerapkan riba.


Umat Islam hendaknya masuk Islam secara menyeluruh, yang meliputi semua aspek dalam kehidupan, seperti agama, politik, dan ekonomi. Misalnya, dalam berpolitik, kita jangan mengikuti langkah setan, seperti menganut sistem liberalisme, dan kapitalisme. Padahal, Allah SWT telah memberikan sistem terbaik, yaitu sistem Islam. Jadi, mana yang akan kita pilih, apakah sistem Islam, liberalisme, kapitalisme, atau komunisme?


Sampai hari ini, selama 89 tahun setelah sistem khalifah terakhir di Turki runtuh, belum ada satu negara pun yang menerapkan sistem Islam secara totalitas. Itu yang membuat kita kesulitan untuk menerapkan sistem Islam di negeri kita. Kita tinggal di Indonesia, yang mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Namun, negara kita bukanlah negara yang menganut sistem Islam. Meski demikian, setidaknya, kita menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.


Apakah dalam Islam ada penjelasan mengenai negara Islam? Ada, di dalam Alquran ada kata “baldatun tayyibah”, yang berarti negara yang baik.


Rasulullah selama di Yatsrib atau Madinah menjalankan sistem negara Islam. Ketika di Makkah, beliau telah dibaiat oleh orang Yatsrib untuk ditunjuk sebagai kepala agama dan kepala pemerintahan di sana. Begitu, Rasul hijrah ke Madinah, Beliau langsung menerapkan sistem negara Islam, dengan Alquran dan Hadist sebagai dasar negara.


Karena tidak ada sistem negara Islam di dunia, maka kita dapat saksikan, saat negara Barat memborbardir negara Timur Tengah, seperti Libia, Irak dan Afganistan. Tidak ada negara Islam yang berani membelanya, termasuk Indonesia. Apa yang bisa kita lakukan? Apakah hanya bisa mengurut dada. Kenapa kita tidak membelanya secara langsung? Padahal, negara-negara Islam pada zaman dulu, itu kompak saling melindungi.


Kendati demikian, paling tidak, kita bisa berwacana, bahwa negara Islam dulunya adalah negara super power, yang menguasai dunia. Kenapa sekarang, kita tidak mengulang kembali kejayaan itu, dan bekerja keras untuk meraih itu.


Ada orang Islam yang perilakunya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya rajin beribadah, namun saat sakit berobat ke dukun, percaya pada ramalan, dan memilih sistem riba, dengan bertransaksi di bank konvensional. Padahal, Allah mengharamkan riba. Jika tidak ada upaya untuk merubah perilaku kita agar sesuai dengan ajaran Islam, maka pertolongan Allah akan sulit datang pada kita.


Sistem dari Allah itu tidak ada cacatnya. Jika ada orang yang memandang bahwa aturan Allah ada cacatnya, berarti akal kita lah yang terbatas dalam memahaminya. Buktinya, sehebat apapun akal manusia, kita tidak tahu dimana letak surga dan neraka. Karena hal itu tidak terjangkau oleh akal manusia.


Islam itu tidak menafikan fungsi akal. Malah Islam meletakkan akal dalam posisi penting, antara lain, akal berguna untuk memutuskan status hukum bagi masalah baru, yang belum ada ketentuan hukumnya pada masa sebelumnya, dan lain-lain. Akan tetapi, jangan sampai akal mengalahkan wahyu. Wahyu itu bersumber dari Allah SWT, yang sudah sempurna, sedangkan akal itu terbatas. Namun, bukan berarti, kita tidak menempatkan akal sesuai porsinya.


Aliran Mu’tazilah adalah contoh aliran yang memposisikan akal secara kebablasan. Yang menempatkan akal di atas wahyu. Aturan Allah SWT pun berani dirubah. Contohnya, menurut wahyu, pada hari kiamat ada Surga dan Neraka. Namun, menurut mereka, pada hari kiamat, bukan hanya ada Surga dan Neraka, namun juga ada satu tempat lagi, yaitu di tengah-tengahnya.


Argumen mereka, bahwa surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang taat, dan Neraka diperuntukkan bagi orang yang melanggar aturan Tuhan. Nah, bagaimana dengan orang yang amalnya seimbang antara pahala dan dosanya. Berarti mereka masuk di tempat di tengah-tengah itu. Menurut mereka, kalau orang itu dimasukkan ke neraka, berarti Allah berbuat dhalim, sedangkan jika dimasukkan ke Surga, maka Allah tidak adil. Itu adalah pendapat yang kebablasan.


Penulis : Miftahur Rohmat


Sumber/dimuat di : Warta Al Hakim





sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/30/sistem-islam-sistem-terbaik-603731.html

Sistem Islam, Sistem Terbaik | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar