Satu fakta sederhana yang membedakan Indonesia dengan Negara-negara lain termasuk Negara G-20 yang menguasai hampir 80% pendapatan dunia adalah bahwa Indonesia adalah Negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia yang bukan Negara Islam.
Ini adalah perbedaan mutlak tanpa perlu misalnya menyama-nyamakan Indonesia dengan Arab Saudi, AS, China, atau Turki misalnya, secara ekonomi maupun politik.
Sayangnya Indonesia hanya menjadi pengekor atas apapun yang menjadi standar.
Sementara itu kebebasan pada sistem demokrasi yang mendunia sekarang menghasilkan manusia sayap kanan yang menjunjung tinggi prinsip “setiap orang harus memikirkan dirinya masing-masing”. Bukan sayap kiri yang condong memikirkan nasib kaum yang termarginalkan dengan kepemimpinan yang otoriter.
Pada praktek pengekorannya, anak muda sekarang melihat contoh yang buruk dari politik di Indonesia, dengan kealpaan menyadari bahwa politik itu adalah seni peradaban, yang tercermin dalam kehidupan keseharian.
Dan ini berlanjut menjadi lebih parah lagi : pelaku contoh buruk itu adalah mereka yang dulunya berhasil sewaktu mudanya.
Pada level global, para pencipta standar sayap kanan itu memiliki mimpi utopis mengenai pasar yang lebih besar dengan negara yang lebih kecil.
Sementara ada perbedaan lain, Indonesia, yang tidak dimiliki Negara lain, mengenai seharusnya politisi di Indonesia yang memiliki system politiknya sendiri, yaitu pancasila.
Dan proposal pasar yang lebih besar dengan negara yang lebih kecil , pada titik tertentu menghasilkan krisis finansial global saat ini.
Kita melihat bahwa AS sedang default, setelah dihantam ribuan trilyun uang dari Lehman Brothers, AIA, dan lembaga perbankan sekunder dengan Komite Stabiltas Keuangan/Lembaga Penjamin Simpanannya (FDIC) yang menjadi momok kekuatan baru saat ini, yang secara tidak sadar mencerminkan ketidakefektifan pengambilan keputusan dari demokrasi yang standar.
Uni eropa dilanda kebimbangan, tergantung pada pemilu Jerman beberapa bulan ke depan, mengenai nasib Unitarian mereka yang tidak hanya pada moneter, dalam bentuk mata uang bersama, tapi berharap pada persatuan fiskal juga ke depannya.
Yang menjadi bintang hari ini adalah China dengan kekuatan ekonominya.
Dimana jika dilihat dari sisi lain seluruh dunia saat ini khawatir akan kestabilan politik yang berlandaskan pada credit bubble ekonomi, dengan tingginya angka kelas menengah berpendidikan yang terancam pengangguran, serta brutalnya pejabat-pejabat daerah dihabisi oleh komite sentral partai komunis untuk melahirkan siklus dendam yang membara, pada China.
Dan China menopang peradaban dunia saat ini.
Sementara, beberapa waktu lalu tidak ada satupun yang menyangka bahwa seorang pedagang buah di Tunisia akan melahirkan gelombang anarki dan perubahan yang besar di hampir seluruh timur tengah.
Dan kita tahu bahwa sebelum perang dunia, Negara-negara Amerika tengah seperti Venezuela, Argentina dll, adalah jauh lebih maju daripada Negara-negara di Amerika utara (AS & Kanada sekarang).
Melihat dari perbedaan, siklus batin dan fakta yang sekarang ada, rasanya bukan hal aneh kebenaran mengenai Indonesia sebagai Negara yang (bisa) lebih hebat dari Negara manapun, dengan islam sebagai entitas dominan yang difasilitasi dalam pancasila untuk dipercayai kaum muda yang cinta kesatuan NKRI.
0 komentar:
Posting Komentar