Akhir-akhir ini marah seperti sebuah budaya yang merembes kemana-mana, entah karena stress atau kurang makan kita tidak tahu. Jika ada pejabat yang dikenal dengan sikapnya yang suka marah-marah, ceplas-ceplos, dia adalah wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Mantan Bupati Bangka Belitung ini suka marah-marah, siapa saja yang tidak benar dalam penilaiannya maka tak sungka disemprotnya dengan kata-kata pedas.
Tak jarang ia pun dihujat oleh mereka yang kupingnya panas mendengar kata-katanya yang membakar telinga. Bahkan demi menutup mulutnya yang tidak memiliki rem ketika bicara beberapa waktu yang lalu Aksi massa yang dinamakan RAJJAM Ahok atau Rakyat Jakarta Jahit Mulut Ahok. Hal ini terjadi ketika pemprof DKI sedang berencana melakukan relokasi pedagang kaki lima yang ada di tanah abang.
Ahok memang tidak peduli, siapa saja disemprotnya tanpa pandang bulu, mulai rakyat kecil, ormas, DPR, preman, hingga menteri tak luput dari tamparan tutur katanya. Siapa yang melanggar aturan ia langsung menyempotnya. Ia juga siap mengajak lawannya untuk berdebat secara terbuka, ia menantang menteri untuk belajar konstitusi, ia membentak orang miskin agar tahu diri, ia menghajar pedagang kaki lima agar tidak menganggap Jakarta tanah nenek moyangnya.
SBY marah juga
Seakan tak mau kalah dengan bawahan, presiden kita juga akhir-akhir ini agak rajin marah, belum keluar dari bandara selepas dari perjalanan kenegaraan ia langsung gelar konferensi pers. Tudingan kedekatan dengan Bunda Putri menjadi pemicunya, kemudian berlajut dengan ulah Anas Urbaningrum yang menambah kekesalan di hatinya.
Ia mengaku sering dizolimi, dijahati, selalu diserang dan ditelanjangi oleh media, tidak memiliki televisi, koran atau media online karena Demokrat tidak memiliki uang banyak. Isi pidato SBY dalam acara Temu Kader dan HUT Demokrat ke 12 di SICC, Sentul, Bogor, Sabtu di depan 10 ribu kader-kadernya.
SBY dan Ahok sama-sama marah, namun ada yang membedakan kemarahan diantara keduanya. Jika Ahok marah-marah bukanlah semata jika ia diserang, namun jika penyerangnya juga tidak beralasan. Selain itu ia juga berani melakukan serangan balik bahkan menantang mereka yang menyerangnya untuk berdebat. Kemarahan Ahok adalah kemarahan yang bukan untuk kepentingan pribadinya. Ia marah kepada pejabat dan PNS yang tidak becus bekerja, ia marah jika konstitusi diinjak-injak.
Sementara kemarahan SBY adalah kemarahan yang tidak menghasilkan sebuah perubahan karena kemarahannya dalah bentuk pembelaan karena mengasihani diri sendiri. Ia merasa diserang, merasa lemah, kemarahannya bukanlah sebuah penantangan balik yang siap dipertanggungjawabkan. SBY hanya mau meberitahu kepada publik bahwa ia sudah dijahati. SBY tidak marah karena pejabat melanggar hukum, karena pejabat yang dipimpinnya korupsi, karena kabinetnya tidak bekerja demi kepentingan rakyat, SBY hanya marah jika kepentingan dirinya sendiri diserang, bukan kepentingan negara. SBY harus belajar marah dari Ahok agar kemarahannya bisa masuk akal, bukan curhat.
Salam malam.
0 komentar:
Posting Komentar