Ketika 3 juta orang datang dan berkumpul di satu tempat, melapangkan hati dan berniat melakukan hal baik, maka tak ada tempat yang sempit….
Dalam tawaf, manusia bergerak berputar, berdesakan, mengelilingi Kabah. Berkali-kali saya mencoba menggunakan kekuatan, menembus jutaan umat yang melakukan hal yang sama, untuk mendekati dan menjamah Kakbah. Namun gagal.
Di sebuah kesempatan, saya bertemu dengan seorang jamaah yang juga peneliti LIPI. Dia menjelaskan beberapa hal menarik terkait tekanan dan ruang. “Bila Anda mengalah dan membiarkan mereka yang mendesak dan “memotong” jalur Anda dari kanan ke kiri, sebaiknya Anda persilakan. Karena setelah itu, dalam sesaat Anda akan mendapatkan ruang kosong di depan kiri, yang yang terbuka akibat tersibak ketika mereka lewat. Di saat itu, tekanan dari samping kanan membuat Anda terdorong masuk ke ruang itu. Begitu seterusnya, hingga akhirnya–tanpa sadar–Anda akan sudah begitu dekat dengan Kabah.
Saya mencobanya dalam tawaf berikutnya. Dan benar. Saya sampai dengan mudah di sisi Kabah.
Lalu saya merenung. Begitulah hidup. Di tempat sempit–sebagai analog dari kesulitan hidup–menjadi serakah tak akan membuat kita lebih baik. Tapi dengan mengalah sambil bersabar dan konsisten–dalam hal ini memberi dengan ikhlas–alam akan merespon. Memberi kita tempat-tempat baru. Memperjalankan kita makin dekat dengan tujuan.
Selamat Idul Adha.
Yang memberi dengan ikhlas, akan menerima. Amiiin.
0 komentar:
Posting Komentar