Ketika Muhammad Mursi digulingkan dari jabatan Presiden Mesir oleh Militer, Perdana Menteri Turki, Recep Tayeb Erdogan, adalah salah satu pimpinan negara yang mengecam aksi militer tersebut. Bahkan Erdogan sampai beberapa hari pasca penggulingan Mursi masih menganggap bahwa Mursi adalah Presiden Mesir.
“Presiden Mesir bagi saya adalah Morsi, karena dia dipilih secara demokratis oleh rakyat. Oleh karena itu, jika kita tidak melihat kondisi Mesir saat ini dari sudut pandang ini, maka kita berlagak tidak tahu tentang rakyat Mesir. Kami di Turki sangat menghormati aspirasi rakyat. Kami akan menghormati pemerintahan kudeta di Mesir, jika mereka menang dalam kotak pemilu.” kata Erdogan. (Today’s zaman, 18/08/2013
Tidak cukup sampai di situ, Erdogan kemudian juga mengecam lembaga lain yang selama ini berada di barisan rakyat Mesir. Al-Azhar kemudian ikut menjadi kecaman sasaran Erdogan karena dianggap membela kudeta militer. Erdogan melaknat Ulama al-Azhar dengan ungkapan bahwa sejarah akan melaknat para ulama semisalnya.
Kontan saja kecaman Erdogan tersebut justru menimbulkan kecaman massif dari rakyat Mesir. Harian Youm7 memberitakan bahwa Kementerian Luar Negeri Mesir sangat mengecam pernyataan Erdogan tersebut yang dipandang sangat melecehkan Al-Azhar sebagai institusi Islam terbesar yang dipimpin oleh Grand Shaikh Al-Azhar. Kemenlu menegaskan bahwa cacian Erdogan tersebut bukan saja melukai Mesir, namun juga melukai hati umat Islam di seluruh dunia. Ini merupakan hal yang sangat tidak patut dilakukan.
Sementara itu, harian Ahram memuat pernyataan Dr. Muhammad Mukhtar Gomah, Menteri Wakaf (Agama). Mukhtar Gomah menyatakan bahwa kedudukan Grand Shaikh Al-Azhar itu terlalu besar untuk bisa diusik oleh orang semisal Erdogan. “Akan tetapi kami tetap tidak akan rela kedudukan ini dilecehkan oleh orang-orang yang tidak memiliki simpati dari kalangan orang-orang pemuja hawa nafsu. Melecehkan Grand Shaikh Al-Azhar berarti melecehkan salah satu pondasi inti keamanan Mesir,” tegas Gomah. (Mosleminfo, 27/08/2013).
Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, Pemerintahan Turki mulai melunak dengan fakta yang ada. Melalui Menteri Luar Negeri, Ahmed Davutoglu, Turki mendukung siapapun Presiden Mesir yang dipilih rakyat baik Mursi maupun lainnya.
Dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Turki di Kuwait, Oglu menambahkan bahwa Turki tidak mendukung tokoh atau golongan tertentu. Akan tetapi mendukung presiden yang dipilih oleh rakyat. Turki bersikap seperti itu demi kebaikan Mesir. Hanya satu yang diinginkan Turki, Mesir dan militer Mesir semakin kuat.
Adapun mengenai kecaman yang pernah dilontarkan erdogan kepada Al-Azhar, Oglu berusaha membantahnya. Menurutnya, Turki tidak mungkin melakukan serangan verbal apapun kepada institusi Al-Azhar yang suci dan dihormati oleh seluruh rakyat Turki.
“Grand Shaikh Al-Azhar adalah tokoh pertama yang bertemu dan menyambut kedatangan Erdogan saat kunjungan terakhirnya ke Mesir. Saya juga belajar di Al-Azhar untuk mendapatkan ijazah. Al-Azhar sangat dihormati oleh seluruh rakyat Turki,” ungkap Oglu. (Ibid, Senin, 28/10/2013)
Ada apa dengan Turki? Kenapa dua pernyataan yang begitu jelas dan dikutip banyak media mendadak dibantahnya? Dukungan terhadap Mursi sekaligus kecaman terhadap militer Mesir dan kecamannya terhadap Al-Azhar beberapa waktu lalu tentu masih belum hilang dari ingatan kita, tapi kemudian mereka begitu mudah membantahnya.
Mungkin Turki berusaha realistis dengan fakta yang ada, ataukah Turki juga sedang memainkan politik standart gandanya?
Senin, 20 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar