Wajahnya jelita, kulitnya putih mulus, ramping, usianya hampir 40th dan kerja sebagai sekertaris pada perusahaan skala nasional. Aku memanggilnya “Mbak”, tapi kadang “Neng”. Disebuah kafe aku mengenal dirinya. Dari minuman yang dipesan di mejanya, kupastikan dia sedang mengalami dilema hidup.
Sebut saja : Je. Karena memang sekedar teman di Dumay, walau beberapa kali ketemuan (ngaku) darat, aku tak tahu nama lengkapnya. Yang menarik, dia sudah mempunyai putri usia 20an, tapi tak nampak tua. Atau mataku yang ketipu ya?…Yang sangat menarik, dia ini penganut poliandri! Nah, lho..
Kehidupan itu baru dijalani mulai awal tahun 2004, dan ‘langgeng’ sampai sekarang. Suami pertamanya seorang kontraktor proyek besar. Dan jarang ada waktu tetap di rumah untuk sekedar menengok sawahnya. Dari perniakahan mereka hanya punya satu putri yang kuliah diluar kota.
Suami keduanya, menikahi secara siri 8th lalu. Tentu tanpa sepengetahuan suami pertamanya. Juga tanpa sepengetahuan istri dari suami barunya itu. Nggak bingung, kan?..
Aku dibuat ngakak, ketika tanpa ditanya dia menceritakan pengalamanya bersuami dua. “Enak bisa gonta-ganti!” kelakarnya suatu kali.
Ketika kutanyakan : “apakah tak kau pikirkan dosa?”
Dengan entengnya dia protes: “apa para suami yang nikah lagi tak berpikir serupa? Jujur! Kalau aman, aku mau punya suami satu lagi!”
Glodak bruk! Jawaban yang memaksaku ’sedikit’ menjaga jarak hingga kini.
** **
Menyebut poliandri terasa agak asing bagi sebagian orang. Kalimat yang berarti: memiliki suami lebih dari satu.
Selama ini kita lebih mengenal poligami, yang memperbolehkan; pria memiliki istri lebih dari satu. Tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi si pria meliputi banyak hal. Contoh: adanya ijin dari istri pertamanya, bersikap adil pada istri-istrinya, kuat memberi nafkah dll.
Lha, kalau poliandri?
Bagaimana mensiasati syarat-syarat yang dalam perundangan hukum perkawinan saja, nggak ada? Setahu saya itu….
Model yang sedang dijalani “Je” lebih mirip PIL. Tapi, kok bisa menikah secara siri? Bahkan, ada uang belanja yang rutin yang dipereruntukan buat “Je” oleh suami yang kedua. Satu kejadian aneh bin ajaib yang membuat kening berkerut..
Delapan tahun menjalani kehidupan ‘aneh’ tak lantas nyaman terus. Bulan-bulan ini dia berniat ‘meralat’ kemaruknya punya suami tiga, justru kebingungan melepas salah satunya. Sebagai teman, aku tak mau terlalu ikut campur. Hanya, instenya dia mengeluh, membuatku terketuk memberi support lebih.
Semoga kejadian adanya poliandr,i mengingatkan kaum perempuan untuk tak terjebak situasi yang sama. Satu pria dan satu wanita seumur hidupnya lebih bijak, daripada menuai badai karena menuruti syawat pemuasnya.
#Kalau ada temen/pembaca yang mengetahui solusi pemecahan untuk mengingatkan teman saya,mohon diinbox atau tinggalin komentar. Sebagai tambahan, “Je” pemeluk Konghucu, dua suaminya Islam.
Salam kompasianer.
0 komentar:
Posting Komentar