Mungkin peran serta kita juga lah yang turut membidani lahirnya koruptor di negeri ini.
Sering kita dengar ada orang tua yang memarahi anaknya bila mendapat nilai buruk di sekolahnya. Apalagi nilai-nilai buruk itu diperoleh dari mata pelajaran yang dianggap “penting” seperti mata pelajaran eksak. Orang tua tak peduli seberapa keras si anak berusaha belajar mata pelajaran tersebut atau mengerjakan ujian tersebut dengan jujur. Orang tua hanya melihat nilai akhir yang diperoleh anaknya. Apabila nilainya baik, maka si anak pintar, jika nilainya buruk berarti si anak bodoh. Dan parahnya, stigma masyarakat kebanyakan mengenai anak bodoh dan pintar kurang lebih sama seperti itu. Makannya sering saya mendengar kalimat, ”Ah, tidak apa-apa mencontek, kan juga membantu orang tua supaya nilainya baik.” Jika nilai baik (tak peduli dengan cara apapun) maka orang tua dan masyarakat akan memandang positif si anak. Mendapat nilai setinggi mungkin menjadi pembuktian si anak tersebut “sukses”. Prosesnya? Mana peduli, yang penting nilai.
Celakalah kalau kebiasaan tersebut terbawa hingga si anak dewasa. Ketika dunia sekolah usai dan anak terjun ke masyarakat, maka yang menjadi patokan “sukses” tersebut bukanlah nilai tertinggi yang diperoleh namun seberapa banyak materi yang dipunya. Coba bayangkan bila untuk memperoleh banyak materi tersebut mereka menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan nilai moral, agama, dan nurani. Karena masyarakat di sekitar kita masih banyak yang menganggap “kesuksesan” berarti memiliki harta sebanyak-banyaknya. Supaya tampak “sukses” dan terpandang di masyarakat, ia berusaha menumpuk harta sebanyak-banyaknya. Entah dengan cara halal atau tidak. Hal ini juga diperparah oleh mental yang ingin segala sesuatunya instan, tidak mau bekerja keras untuk mencapai cita cita. Maka tidak usah heran korupsi di negeri ini terus merajalela. Mungkin kita jugalah yang turut membidani lahirnya koruptor-koruptor baru. Yuk introspeksi mulai dari diri sendiri, agar lebih menghargai proses dibanding hasil. Sukses (dalam hal apapun) merupakan akibat, bukalah sebab.
0 komentar:
Posting Komentar