Perubahan, merupakan suatu entitas yang senyatanya menjadi sebuah fenomena yang tak terbantahkan, fenomena yang secara realitas menjadi sebuah ketetapan. Tiada hal yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan itu pun menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia ini, dimana perubahan itu terus mengawal secara historis perjalanan panjang negara ini dari awal terbentuknya. Indonesia yang telah berumur ini memiliki catatan yang panjang tentang sebuah perubahan, tentang sebuah perwujudan dinamika dalam sebuah lingkungan yang dinamis.
Perubahan juga merupakan salah satu komoditi sexy yang terus menjadi isu paling gencar untuk digemborkan, semua orang menyerukan perubahan, semua elemen meneriakkan perubahan, semua entitas menegaskan tentang perubahan, semua komponen bangsa menginginkan perubahan, semua lapisan masyarakat menuntut adanya perubahan. Perubahan seakan menjadi tonggak dimana seluruh lapisan, komponen, strata memainkan perannya dalam proses pendewasaan bangsa dan negara. Peran yang jadi lakon strategis dalam menuangkan aksinya ke dalam cawan perubahan. Sebuah drama di mana skenario utamanya dalam perjalanan kisah bangsa ini adalah sebuah perubahan yang terus dielu-elukan bahkan dipertuhankan.
Namun skenario perubahan yang dialami oleh bangsa ini bisa kita tengok ke belakang di mulai dari zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, berlanjut pada sebuah kepemimpinan yang panjang dari zaman orde lama, kemudian zaman orde baru dan sampai di mana kita berpijak sekarang yakni masa reformasi yang tidak jelas “jluntrungannya”. Perubahan itu menjadi wujud nyata, sebuah manifestasi dari apa yang telah bangsa ini lewati. Perubahan yang dialami oleh bansga ini tentunya lebih lama dari itu, namun yang menjadi fokus dalam hal ini adalah perubahan strategis yang nyata dalam jendela sejarah yang mengiringi pendewasaan negara ini. Perubahan yang terjadi di Indonesia ini pun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dll. Sebuah dinamika yang terus bergulir merangkul langkah Indonesia sampai pada dimana sekarang negara ini berpijak.
Perubahan yang melekat pada Indonesia mulai dari zaman penjajahan dimana rakyat Indonesia yang mengalami pembodohan yang ironis, mengalami sebuah masa ketidakberdayaan, masa dimana rakyat Indonesia menyentuh pada level kritis untuk diperbudak, dieksploitasi, dan direndahkan. Hal tersebut menjadi corong dimana kesadaran rakyat Indonesia harus bangkit, harus bersatu, dan harus melawan dan berdiri tegak memperjuangkan selayaknya negara yang memiliki harkat dan martabat. Perubahan itu muncul dari entitas masing-masing kelompok, elemen masyarakat, dan komponen bangsa yang menginginkan sebuah perubahan, sebuah kemerdekaan yang haqiqi. Organisasi Budi Oetomo (BO) menjadi pionir dimana perjuangan kebangkitan atas ekspektasi terhadap perubahan mulai diretas, peran pemuda yang kemudian muncul, mendorong, dan memantikkan kobar api semangat juang yang tinggi. Rakyat Indonesia pun mulai menggoreskan perubahan-perubahan dari masa dimana Indonesia hanya menjadi seonggok negara yang punya nama dan menjadi “perahan” bangsa lain kemudian menjadi negara yang memiliki jati diri guna memperjuangkan keinginan luhur dari seluruh rakyatnya. Yang kemudian kemerdekaan itupun dapat direngkuh.
Perubahan yang strategis tidak berhenti sampai di sana, namun lebih dari hanya perjuangan yang menolak kungkungan dibawah negara penjajah, masa kemerdekaan adalah tonggak perubahan-perubahan lain yang kemudian menjadi cerita baru, kisah yang mempertontonkan skenario perubahan yang lebih menarik dan lebih “romantis”. Skenario perubahan yang menjadi awal setelah titik lonjak kemerdekaan adalah masa kepemimpinan yang dimulai dari masa orde lama, orde dimana rintisan perubahan mulai melecutkan berbagai perunbahan lain yang lebih luas. Orde yang menunjukkan bayi yang lahir dengan semangat perkasa untuk mencapi kedewasaan, sebuah kemapanan dan kedaulatan atas seluruh aspek yang melingkupi negara ini. Orde lama yang menyuguhkan sebuah runutan dimana ideologi dan falsafah negara mulai dirancang menjadi sebuah “grand design’ dan maha karya yang mengkonstruksikan jiwa dan jati diri negara ini berdasarkan entitas yang ada. Pancasila, sebuah manifestasi yang tercipta dari representasi dan refleksi atas indentitas yang melekat pada negara ini, yang akan mejadi dasar dan pondasi landasan idiil pengantar atas landasan-landasan lain seperti landasan konstitusional, dan landasan operasional yang terintegrasi dalam kerangka landasan utama negara Indonesia. Dari titik itu, negara indonesia pun menguraikan penataan yang mulai tersusun menjadi rancang bangun atas sebuah bangsa dan negara yang besar dengan pendamping setianya yakni perubahan. Seiring waktu pun negara Indonesia terus mengalami banyak perubahan, tingkat ekonomi yang kian berkembang, kehidupan sosial yang tertata, budaya yang lestari, serta percaturan politik yang dinamis dalam rangkuman konstelasi di dalamnya. Bahkan masa orde lama dirasa sebagai masa “romantis” atas segala awal pergumulan perubahan yang manis, perubahan yang tidak cukup signifikan namun cukup memuaskan dahaga atas nafsu perubahan yang luar biasa. Namun masa ini bukan masa tanpa fluktuasi yang mengguncang, banyak fenomena yang terjadi, peperangan ideologi dan tarik ulur kepentingan internal negara mulai muncul sebagai perubahan dimana persatuan dan kesatuan yang dulu dimasa perjuangan menjadi kekuatan, pada masa itu mulai memudar, hingga pada suatu titik orde lama pun tumbang dengan suatu fenomena yang dianggap sebuah kontroversi sejarah, namun dengan menafikan hal tersebut, rezim baru pun dimulai dengan membawa perubahan lain yang membalut cerita historis bangsa ini.
Orde baru menjadi “sepenggal” cerita yang kemudian melantunkan sebuah harmoni baru yang menyajikan hegemoni baru atas sebuah kekuasaan, kepemimpinan yang totalitas, sentralistik, dan tegas menjadi corak khas yang menunjukkan bagaimana entitas baru dengan model kepemimpinan yang berubah yang kemudian juga membawa perubahan secara signifikan merekonstruksi berbagai tatanan yang sebelumnya telah disusun. Orde baru dengan rezim otoritariannya membawa perubahan yang amat sangat besar, pembangunan yang totaliter, kehidupan sosial dengan mobilitas yang tinggi, budaya yang kemudian mejadi komoditas berharga yang memiliki “nilai”, ekonomi yang kemudian menjadi kuat, namun tak pelak juga perubahan ke arah negatif mulai muncul, KKN yang merajalela yang terus mengakar berakibat pada moral dan etika bangsa mulai bobrok dengan “budaya” baru yang menjadi habituasi sampai sekarang ini. Penggerogotan aset negara pun menjadi fenomena paling memperihatinkan masa itu, penghisapan darah rakyat membuat kesenjangan mulai muncul, terdapat sebuah jarak yang jelas, sebuah ketidakadilan dalam perspektif kesejahteraan rakyat. Hanya segelintir dari banyaknya rakyat Indonesia yang dapat menikmati sebuah kemakmuran. Hal itu pun kembali mendorong dan menstimulus obor perubahan yang mulai panas, dan sampai pada sebuah akhir rezim, orde baru pun tumbang dibawah sebuah gerakan perubahan yang waktu itu seluruh elemen masyarakat meneriakkan gegap gempita sebuah perubahan termasuk pemuda sebagai inisiator dan garda terdepan yang berperan melakonkan penumbangan atas suatu rezim usang yang tak bisa mengakomodir ekspektasi dari perubahan yang baik dan berkeadilan. Dari sana perubahan baru pun kembali bergulir, reformasi adalah tonggak awal perubahan yang lebih komprehensif memenuhi skenario perubahan bangsa Indonesia, reformasi dengan demokrasi, reformasi dengan kebebasannya, reformasi dengan harapan keadilannya, reformasi dengan semangat revolusinya, reformasi dengan rekonstruksi tata pemerintahannya, reformasi dengan paradigma barunya, reformasi dengan kehidupan sosial barunya, reformasi dengan konstelasi politik yang semakin panas, reformasi dengan globalisasi sebagai “bumbunya”, dan reformasi dengan banyak hal lain yang mengiringinya. Reformasi ibarat sebuah langkah panjang yang hendak ditapakkan, namun dirasa dewasa ini langkah itu tak sampai pada titik yang diharapkan. Perubahan yang mulai bergulir dengan adanya globalisasi yang membumi, imperialisme modern yang menjajah, dependensi terhadap luar yang menggantungkan nasib bangsa ini menjadi cerita baru bangsa ini. Bangsa yang seharusnya besar dengan potensinya yang amat sangat dahsyat namun terkungkung dalam diorama kaku yang menjebak bahkan mengeroposi mengkebiri gerak maju negara ini. Permasalahan yang amat sangat kompleks mejadi perubahan yang dirasa keluar dari haluan harapan atas reformasi. Kebebasan yang harusnya menjadi alinea baru guna membuka deret kalimat “kemajuan” namun justru menjadi tepi kemunduran dari langkah sebelumnya yang telah digapai. Kriminalitas yang merajalela, dekadensi moral bangsa, krisis kejujuran, kemiskinan yang menggelembung bagai bom waktu, pendidikan yang tidak distributif serta pembangunan yang sentralistik. Sebuah gambaran yang cukup suram dari mimpi apa yang senyatanya menjadi harapan terdalam dan keinginan luhur atas perubahan yang lebih baik dan berkeadilan.
Dari berbagai rentetan historis perubahan tersebut harus menjadi bahan kontemplatif bagi kita rakyat indonesia, sebuah renungan atas nasib yang melenceng dari yang seharusnya dipijak, sebuah titik lonjak yang harus menjadi lecutan bersama, sebuah pelajaran yang harus mendidik dan mencerdaskan pribadi bangsa ini guna perubahan dan kemajuan negara. Pemuda yang senyatanya mejadi entitas lain yang strategis sebagai katalisator perubahan harus sadar bahwa mereka itu instrumen yang dalam sejarah membuktikan bahwa aksi nyata mereka menjadi awal perubahan. Budi Oetomo pada masa perjuangan, Pemuda dalam bingkai “Sumpah Pemuda” pemersatu bangsa, kaum muda pada saat peristiwa kemerdekaan, pemuda dalam retasan reformasi penumbang rezim. Begitu besar cuplikan peran pemuda yang mengawal senbuah perubahan, perubahan yang seyogianya ke arah yang lebih baik. Pemuda sebagai agen perubahan (agent of change), gerenrasi tangguh (Iron Stock), dan pelaku kontrol sosial (Control Social) haruslah berani bangkit, berdiri tegak bersama, dan maju ke depan mejadi aktor utama dalam skenario perubahan bangsa yang lebih baik.
Dewasa ini pemuda haruslah yakin mereka bukan saja menjadi generasi penerus yang hanya meneruskaan kultur usang nan lusuh dalam meretas perjalanan historis bangsa ini, namun pemuda merupakan generasi pelurus, generasi yang mengembalikan jalur perubahan yang tengah melenceng untuk kembali pada rel harapan rakyat, rel nasib bangsa, dan rel cita-cita seluruh elemen dan komponen negara Indonesia dengan lokomotif perubahan yang solid, yang satu, yang siap menghantarkan Indonesia ke persinggahan atas sebuah titik perubahan yang ideal bagi bangsa Indonesia yang besar ini.
0 komentar:
Posting Komentar