blazer korea murah

Dibalik Wacana Pemerintah Merangkul FPI



Ajakan Mendagri Gamawan fauzi agar Pemerintah daerah bekerjasama dengan Front Pembela Islam (FPI) sebentar lagi akan menjadi berita menghebohkan. Sebab FPI selama ini merupakan ormas yang cukup controversial.


Gebrakannya selalu membuat heboh. Mulai dari razia rutin kafe pada tiap Ramadhan. Sampai menolak kedatangan Lady Gaga dan sejumlah peristiwa lainnya mewarnai perjalanan FPI. Terakhir insiden penyiraman air kepada salah seorang guru besar UI Tamrin Tomagola saat wawancara dengan TV One.


Kritikan dimulai oleh Nurul Arifin, Wasekjend Parta Golkar yang akan memanggil dan menanyakan langsung kepada Gamawan sehubungan dengan rencana pemerintah tersebut. Nurul menganggap masih banyak ormas yang lebih professional dari FPI.


“Kenapa harus FPI, apa enggak ada yang lain untuk mengawasi? Saya akan pertanyakan lebih lanjut pada Mendagri. Emang enggak ada yang lain, yang kredibilitasnya lebih baik dari FPI,” kata Nurul, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (24/10/2013) yang dikutip dari Kompas.Com.


Kritikan Nurul ini akan hanyalah awalan. Saya yakin besok berita akan menghiasi laman-laman media masa dan layar kaca. Akan banyak Politikus Senayan yang akan bicara. Ditambah LSM dan penggiat yang menamakan dirinya pejuang demokrasi dan HAM.


Saya yakin tiga hari kedepan tema pemberitaan akan menyorot FPI habis-habisan. Aksi-aksi FPI sebelumnya akan ditayangkan berulang-ulang lalu disusul dengan komentar miring orang-orang yang bersebrangan dengan FPI.


Tujuan Mendagri Apa Ya?.


Saya rasa Gamawan Fauzi bukanlah tanpa alasan menyebut nama FPI. Kita yakin pemerintah tahu bahwa wacana yang dikemukan ini kembali mendapat pertentangan dan menjadi kontroversi. Tapi kenapa diucapkan juga oleh Mendagri sebagai perpanjangan tangan dari Presiden.


Menurut saya, ini hanyalah pengalihan isu. Sebab belakangan ini pemerintah (democrat) kerepotan dengan serangan public menyangkut masalah politik dan keamanan. Satu bulan terakhir democrat tak habis-habisnya dihajar oleh opini berbagai pihak.


Dalam catatan kita bersama ada beberapa peristiwa penting yang sangat menyita perhatian public belakangan ini. Penolakan Ruhut Sitompul menjadi ketua komisi hokum DPR RI. Lalu, deklarasi Orma PPI bentukan Anas yang berujung dengan pencopotan Saan Mustafa dan Pasek Suardika sebagai Sekretaris Fraksi Demokrat dan ketua komisi III.


Lalu BIN dan pemerintah SBY dituding PPI menjemput Prof. Subur Budhi Santoso yang sedianya menjadi nara sumber dalam diskusi yang digelar di Duren Sawit, markas PPI yang sampai saat ini masih perdebatan sejumlah pihak.


Serta yang tak menghebohkan adalah LHI dalam persidangan menyebut BUnda Putri sebagai orang dekat Presiden. Pak SBY sangat marah kala itu, ketika memberikan klarifikasi saat jumpa pers di Halim Perdana Kusuma. Dan yang terakhir, bocornya SMS Presiden SBY ke public. Padahal SMS tersebut hanya konsumsi internal democrat, entah kembali bocor.


Isu- isu ini membuat pemerintah dan democrat kelimpungan menangkas terjangan opini dari berbagai penjuru. Democrat dan pemerintah kembali disibukan membantah dan mengklarfikasi. Hamper semua petinggi partai angkat bicara. Dan itu semua akan membuat citra democrat buruk dimata masyarakat. Inilah menurut saya tujuan pemerintah atau Mendagri yakni “pengalihan Isu.”


Tujuan kedua adalah sepertinya pemerintah (democrat) berupaya merangkul kalangan Islam konservatif atau kalanga Islam tradisional. Sebagaimana kita ketahui saat ini popularitas partai Islam merosot tajam. Hal ini tergambar pada release berbagai lembaga survey.


Menurut saya, kalangan Islam Konservatif pada pemilu lalu cendrung merapat pada PKB, PPP dan PKS. Kenapa? Karena hanya tiga partai ini yang masih menganut azaz Islam. PKB dengan NU nya. PPP dengan Islam tradisional dan PKS dengan Ikhwanul Musliminnya.


Namun survey LSI terakhir suara ketiga partai Islam ini mengalami penurunan. PKB dan PPP perkembangannya stagnan atau jalan ditempat. Sedangkan PKS sedang diterpa badai korupsi kuota impor daging yang membuat suara melorot tajam hanya 4,4 Persen, dibawah PPP dan PKB 4,6 persen. Jika dibandingkan dengan pemilu lalu ada penurunan sekitar 5 persen.


Suara 5 persen ini akan menjadi incaran banyak partai politik. Democrat salah satunya. Golkar juga berpeluang. Namun, Nurul Arifin Wasekjendnya sudah menentang duluan. Sebelumnya saya menulis tentang Ical yang menjadi sebuah alternative pilihan kalangan Islam Konservatif. Dan langkah democrat cukup tepat dengan menarik simpati kalangan Islam melalui wacan Mendagri. Yang lebih aneh lagi FPI pernah mengncam akan meng Ben Ali kan SBY.




sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/25/dibalik-wacana-pemerintah-merangkul-fpi-604614.html

Dibalik Wacana Pemerintah Merangkul FPI | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar