SAAT ini, memang tidak sedikit orang telah menilai sedang terjadi gesekan dan “perseteruan” untuk saling menjatuhkan antara SBY dengan Anas Urbaningrum (AU) dan bahkan mungkin dengan Andi Mallarangeng (AM).
Tetapi, menurut pandangan dan analisa saya di sisi intuisi, nampaknya mereka (SBY, AU dan AM) tidaklah bermusuhan seperti yang diduga oleh orang kebanyakan, apalagi untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Itu sangatlah jauh dari logika dan kondisi politik saat ini. Apalagi, jika publik seakan sudah “sepakat” memandang SBY= Suka Bohong Ya, maka tentu pun Saya (Semua) Belum Yakin (SBY) kalau benar-benar terjadi permusuhan antara SBY dengan AU dan AM.
Bagi saya, perseteruan yang nampak saat ini, boleh jadi itu hanyalah akal-akalan atau skenario politik SBY saja agar Partai Demokrat (PD) tetap menjadi parpol yang bisa diperhitungkan. Sebab SBY sesungguhnya tahu persis, bahwa PD saat ini telah anjlok.
Menurut saya, ada 3 hal yang membuat PD anjlok, yakni di antaranya:
1. Karena ulah sejumlah elit kader PD itu sendiri yang dinilai gemar melakukan korupsi, dan juga berbohong;
2. Karena SBY sendiri, baik selaku Presiden maupun sebagai “pemilik” PD yang dinilai tidak mampu membenahi dan menata Indonesia dan PD menjadi lebih baik. Misalnya, dengan kondisi PD yang kadernya banyak terlibat dalam kasus dugaan korupsi, dan juga terkait dengan kondisi ekonomi negeri ini yang makin tidak menentu (nilai defisit dan utang negara yang makin membesar + penguasaan asing secara besar-besaran terhadap SDA Indonesia); dan,
3. Karena telah adanya tokoh nasional yang mulai dilirik dan terus-menerus diperbincangkan sebagai sosok yang lebih ideal untuk secara politik patut didukung sebagai capres. Misalnya: Jokowi, Rizal Ramli, Prabowo, Mahfud MD, dan Yusril Ihza Mahendra;
Tiga hal inilah yang kemudian kini coba diramu SBY agar masa kejayaan PD bisa kembali seperti semula. Tetapi, bagi saya, jika SBY bisa meramu dengan baik point 1 dan 2 sesuai selera publik, maka saya yakin PD akan kembali berjaya. Namun point dua sangatlah mustahil bisa diramu dalam waktu yang sangat singkat karena sulit untuk diakal-akali. Olehnya itu, SBY nampaknya hanya tertarik untuk lebih fokus meramu point 1 dan 3. Sebab, point 1 dan 3 ini lebih mudah diramu dengan cara akal-akalan. Yakni, hanya dengan melakukan jurus dan manuver politik, maka publik pun akan bisa terkecoh.
Jika publik mau jeli, maka jurus ataupun manuver politik SBY, baik sebagai Presiden maupun selaku Ketua Umum Partai Demokrat, akan dapat dengan mudah ditebak.
Cukup mengetahui prinsip kerja mesin automatic water-dispenser (pemanas dan pendingin air otomatis), maka akan bisa membantu untuk menebak mengenai jurus dan manuver yang sedang dijalankan SBY saat ini apakah murni sebuah gerakan moral, atau hanya gerakan akal bulus?
Galon pada dispenser sebagai wadah air bisa diperumpamakan adalah partainya, dan isi galon adalah para kadernya. Nazaruddin, Angelina Sondakh, AU, AM dan lain sebagainya (yang terlibat dalam kasus korupsi) itu adalah kader yang “berproses” sehingga menjadi “air panas”, sebagiannya adalah merupakan “air dingin”.
Sangat aneh jika antara “galon”, “dispenser” dengan “air panas” terjadi permusuhan dan perseteruan. Bukankah air bisa panas dan dingin itu karena adanya “proses” yang dilakukan oleh dispenser? Dan silakan menganalogikan sendiri siapa yang pantas disebut dispensernya!?!
Mari kita gali sedikit mengenai pengibaratan water-dispenser ini. Yakni, bahwa sungguh banyak kicauan ataupun ungkapan-ungkapan dari Nazaruddin yang hingga saat ini tidak mampu ditindaklanjuti oleh KPK meski “kebenaran” sudah di depan mata. Juga, dengan reaksi AM yang langsung mengundurkan diri dari jabatannya selaku menteri. Lalu keterangan Angelina Sondakh yang banyak membingungkan dan terkesan menutup-nutupi banyak hal di persidangannya.
Dan terakhir statemen AU yang pernah mengatakan siap digantung di Monas jika 1 rupiah saja yang dikorupsi. Dan AU bahkan pernah dengan nada “mengancam” menyatakan, bahwa ini baru lembaran pertama, masih ada lembaran halaman-halaman berikutnya yang akan ia buka. Dari situ publik berpikiran bahwa AU menyimpan banyak rahasia dan black-list tentang SBY.
Tetapi hingga saat ini, statemen AU itu bagai angin lalu. Dan malah AU seakan-akan hanya terkesan membantu menyukseskan peran SBY dalam melakukan pencitraan, seakan semuanya sudah diatur. Yakni, misalnya dengan membentuk dan mendeklarasikan ormasnya pada hari yang bersamaan dengan gelaran launching peserta konvensi Capres PD beberapa waktu lalu. Mengapa harus bersamaan? Yaaa… tentunya agar nama ormas AU dan konvensi PD itu bisa sekaligus menjadi TOP karena pasti akan jadi sorotan dan bahan perbincangan di banyak kalangan.
AU kini bahkan cuma melakukan sejumlah kecil kritik yang biasa-biasa saja kepada SBY. Dan SBY malah “melawan” AU. ”Saya sebagai kepala negara dan kepala pemerintah juga sering difitnah, diserang, digebuki. Benar? Sayang sekali, yang menyerang dan gebuki sebagian kecil itu juga dulu pernah bersama-bersama kita,” curhat SBY di hadapan para kader dan seluruh caleg PD yang berkumpul dalam acara Temu Kader Partai Demokrat di Sentul Internasional Convention Center (SICC)-Bogor, Sabtu (26/10). Seperti dikutip metrotvnews.
Jika AU adalah “musuh” SBY, maka SBY harusnya tak perlu melakukan curhat seperti itu. Atau jika AU benar-benar menjadi musuh SBY, maka SBY tentu tidak akan menyentil seperti itu AU di hadapan umum. Karena dengan menyentil AU, maka pasti bisa memaksa AU untuk segera membuka lembaran halaman-halaman yang dimaksud itu.
Namun nyatanya, SBY “tidak takut” dengan ancaman AU itu. Mengapa SBY tidak takut? Karena boleh jadi AU bukanlah musuh benaran (cuma musuh main-mainan). Begitu pun sebaliknya, mengapa AU hingga detik ini belum membuka lembaran halamannya? Karena SBY bukanlah musuh sungguhan. Musuh sungguhan SBY itu cuma ada satu sosok yang menonjol, yakni Rizal Ramli. Lainnya cuma musuh bohong-bohongan.
Di sinilah publik harus jeli! Jangan sampai terkecoh! Curhatan SBY yang berani menyentil AU di depan seluruh caleg se-Indonesia, Sabtu kemarin itu, bisa membuat saya bertambah yakin bahwa sesungguhnya SBY dengan AU cuma musuh palsu yang memang seakan “sengaja” diposisikan sebagai target untuk menjadi bahan perbincangan guna memancing publik agar dapat terus memperbincangkan PD.
Begitu pun dengan AM, yang seakan bisa dimanfaatkan oleh SBY untuk mengalihkan perhatian publik. Misalnya, saat sedang ramainya perhatian dan perbincangan tentang sosok Bunda Putri yang disebut oleh Luthfi pada persidangan punya kedekatan khusus dengan SBY, tiba-tiba mudahnya perhatian tersebut dialihkan melalui satu langkah, yaitu dengan tiba-tiba menetapkan penahanan terhadap AM selaku tersangka dugaan kasus korupsi oleh KPK.
Sehingga menurut saya, SBY dengan AU dan AM tidaklah bermusuhan (atau dengan Pasek sebagai calon musuh). Mereka ini ibarat hanya sedang memainkan peran masing-masing dalam sebuah film perang-perangan. Akting mereka mesti bagus, dan harus menyerupai kenyataan, sebab semua itu adalah untuk kepentingan Pemilu 2014.
Dan itulah pandangan di sisi lain dari saya, bahwa SBY sedang meramu taktik agar dapat mengulang sukses yang pernah ditempuh sebelumnya. Contohnya saat SBY masih jadi menteri sempat membiarkan dirinya terlibat dalam perseteruan lalu dikritik habis oleh Megawati dan Taufik Kiemas (alm-TK). Dari situlah, publik kemudian akhirnya simpatik kepada SBY. Sungguh, SBY memang ahli berakting..?!?
Sehingganya, tak salah jika saat ini publik harus waspada dengan SBY yang boleh jadi pun sedang berakting, yakni pura-pura bermusuhan dengan AU dan AM demi kepentingan Pemilu 2014. Sebab, jika mereka benar-benar bermusuhan, maka tentu mereka sudah saling buka rahasia masing-masing. Kalau belum saling membuka rahasia, dan hanya terkesan Selalu Bohong Ya (SBY), maka Saya Belum Yakin (SBY) jika SBY musuhan dengan AU atau AM.
0 komentar:
Posting Komentar