blazer korea murah

Makna Sumpah Pemuda di Tengah Korupsi oleh Pemuda dan Pebangka



Makna Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tak bergaung sama sekali. Ini yang tertangkap oleh penulis. Sengaja penulis melakukan mewawancarai anak-anak sekolah sampai orang dewasa. Berikut petikannya.


Anak-anak sekolah berseragam merah putih. Anton, 11 tahun, murid SD Ciganea I, hanya tahu tentang Sumpah Pemuda hari ini sebagai hari bersejarah. Ada di dalam buku sejarah. Maknanya kurang tahu. Di kampung berikutnya di sebuah kampung antara Purwakarta-Cianjur, Mariah, 15 tahun, pelajar SMP tahu Sumpah Pemuda dengan satu nusa satu bangsa satu bahasa Indonesia. Demikian pula Endang Suryana, pelajar SMA hanya tahu Sumpah Pemuda sebagai hari bersejarah. Sedangkan bagi seorang mahasiswi di sebuah Universitas terkenal di Depok, Vina, Sumpah Pemuda sudah tak relevan. Alasannya, zaman sudah berubah.


Namun bagi pemiliki seragam biru putih, abu-abu putih, semuanya hanya tertawa ketika ditanya tentang makna Sumpah Pemuda. Para pegawai negeri yang berseragam coklat kekuningan hanya menggerakkan bahu ketika diminta pendapatnya tentang makna Sumpah Pemuda.


Pun mahasiswi Vina tersebut menyebut bahwa makna Sumpah Pemuda sudah kehilangan relevansinya. Kenapa? Sumpah Pemuda hanya sebagai pengantar untuk persiapan kemerdekaan. Setelah itu maka mengisi kemerdekaan. Bagi Vina, setiap generasi menciptkan peran mereka secara mandiri dan sesuai dengan zamannya. Zaman pergerakan 1920-1940-an adalah zaman perjuangan. Maka zaman setelah kemerdekaan adalah mengisi kemerdekaan.


Ketika ditanya tentang cara mengisi kemerdekaan, Vina menyebut sesuai dengan bakat dan keinginannya. Terserah yang akan mengisi. Hak azasi. Bebas. Merdeka. Bebas melalukan apapun yang dikehendaki asalkan benar dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dari mulai menjadi petani, buruh, karyawan, pejabat, asalkan bertanggung jawab sudah sangat baik.


Namun, ketika dimintai pendapatnya tentang peran pemuda, Vina menyebut sekarang ini tak relevan berbicara pemuda dan tidak pemuda. Tak ada bedanya. Alasannya susah mencari figur bebas korupsi. Bahkan dalam urusan korupsi, sebagian besar pelaku korupsi berusia di bawah 55 tahun.


Dari mereka pelaku korupsi, 48 % berusia di bawah 50 tahun. Sedangkan 34% adalah kalangan pemuda di bawah 40 tahun. Para koruptor itu merampok dengan beringas. Sebut saja Gayus Tambunan, pegawai Pajak. Jaksa Urip. Edy Tansil. Angelina Sondakh juga di bawah usia 35 tahun. Nazaruddin, Anas Urbaningrum pun juga pemuda. Tak salah juga menyebut Andi Mallarangeng juga termasuk masih muda, bahkan menjadi Menpora. Semuanya adalah para pemuda korup.


Yang tua pun tak kalah mengirupsi dan merampok uang negara. Dari mulai politisi seperti Jamal, Zulkarnaen Djabar dan anak pemudanya Dendy Prasetyo dengan beringas mengorupsi Al Qur’an. Para ustadz pun melakukan korupsi seperti ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dan ustadz Ahmad Fathanah yang korupsinya dibumbui oleh gratifikasi seks paling spektakuler melibatkan puluhan perempuan dengan Maharany Suciono - yang KPK sendiri tak berani menangani kasus yang memalukan ini.


Semua kalangan dirasuki korupsi. Dari kursi lurah (Lurah Ceger) sampai kalangan istana (Aulia Pohan besan SBY korupsi BI), korupsi menjadi bagian integral Indonesia. Mau bangga bagaimana dengan Sumpah Pemuda dan relevansinya dengan kondisi bangsa yang korup seperti itu. Korupsi dimaklumi sebagai keniscayaan dan bagian ‘yang dianggap wajar’. Hingga pelajar SD, SMP, SMP, mahasiswa dan karyawan, serta masyarakat luas merasa bahwa Sumpah Pemuda telah kehilangan maknanya di tengah hingar-bingar korupsi di Indonesia yang dilakukan oleh mulai lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, menteri, pejabat BUMN, dirjen, dan kalangan anggota DPR/D di seluruh Indonesia.


Jadi makna Sumpah Pemuda sirna karena ditelah korupsi di Indonesia. Dan, pelaku korupsinya pun pemuda dan pebangka. Tak ada bedanya.


Salam bahagia ala saya.





sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/28/makna-sumpah-pemuda-di-tengah-korupsi-oleh-pemuda-dan-pebangka-605576.html

Makna Sumpah Pemuda di Tengah Korupsi oleh Pemuda dan Pebangka | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar