Sungguh satu tahun belakangan ini tidak ada anak muda yang disorot begitu kuat selain Anas Urbaningrum. Tokoh muda dengan akselerasi politik yang begitu cepat membuat iri banyak anak anak muda lainnya di Indonesia. Dalam usia sangat muda Anas sudah menjadi anggota KPU di dahului sebelumnya menjadi sedikit orang yang terlibat dalam penyusunan Undang Undang Politik di negeri ini. Bak meteor, usai di KPU Anas segera mendapat panggung di partai politik baru yang punya magnet luar biasa pada pemilu 2004. Di sebut sebut Anas di pesan lansung oleh Bu Ani agar membantu proses institusionalisasi di partai Demokrat sekaligus pelembagaan visi demokrat sebagai partai nasionalis religius. Sukses Anas berujung pada kuatnya jaringan personalnya di partai demokrat sehingga menghantarkannya ke kursi ketua umum Partai Demokrat pada Kongres III tahun 2010 di Bandung. Peristiwa ini sesungguhnya unpredictable, karena budaya politik Indonesia yang masih patriarchy di interupsi oleh kemunculan anak muda polos tanpa di embel embeli oleh trah dan garis darah aristokrat bahkan tidak juga dengan uang yang berlimpah. Namun publik tercengang Anas mampu menang pada Konggres Partai Demokrat dengan sangat dramatis. Publik makin kagum ketika beredar issu bahwa cikeas justru punya calon lain dan tidak yakin sama sekali Anas layak sebagai lawan tanding Andi Malarangeng dan Marzuki Ali. Namun begitulah, Anas pun menang dan meninggalkan luka di hati SBY. Skor 1 : 0 untuk Anas.
Lalu dimulailah sebuah terobosan yang aneh dan tak mengejutkan sama sekali. Anas tiba tiba jadi tersangka oleh KPK, lalu di fait acomply untuk mundur dari Ketua Umum Partai Demokrat. Sebelum ada usaha usaha lebih jauh untuk memundurkan Anas, Anas justru ber manuver berhenti dari Ketua Umum Demokrat. Anas memilih diksi “berhenti” dan bukan mundur. Sebelum benar benar pergi Anas mengeluarkan kata bersayap yang kemudian menjadi trend di medsos, “tunggu halaman kedua”. Pasca berhenti, tersiar kabar bahwa Anas melakukan operasi agar penggantinya di Demokrat bukanlah para sengkuni namun SBY sendiri. KLB dipilih partai sebagai jalan untuk merepaikan struktur kepemimpinan Partai Demokrat. Penyelengaaran KLB dilakukan di Bali dan beberapa saat sebelumnya Anas mengatakan berkunjung ke sahabat sahabatnya di Bali. Hasil KLB jadilah SBY sebagai Ketua Umum pengganti Anas. Anas di untungkan oleh terpilihnya SBY. Pertama, Anas hanya mampu di gantikan oleh SBY dan bukan kader dengan kapasitas di bawahnya. Kedua, Para sengkuni tidak bisa memperkuat dirinya karena SBY lansung mengendalikan partai sehingga Anas aman dari membesarnya kekuatan non Anas di partai Dmeokrat. Ketiga, Anas mau menunjukkan ke publik bahwa alasan SBY menggantikan Anas dalam rangka menaikkan elektablilitas akan menjadi bola panas di tangan SBY. Keempat, Anas melengkapi syarat sebagai tokoh masa depan yang prospektif karena sudah di zalimi dengan sangat kasar oleh rezim yang sedang berkuasa. Siip… Skor 2 : 0 untuk Anas.
Bak telenovela, cerita ini berlanjut dan menjadi gunjingan sistematis di berbagai media social. Dasar publik memang penggemar teori konspirasi maka cerita tentang Anas ini menjadi dongeng anak tak dikehendaki melawan raja yang berkuasa. Sang raja menggunakan segala instrumen untuk menghabisi sang anak, namun sang anak melawan gagah berani dengan cara yang unik dan baru pertama kali ada dalam sejarah dongeng. Sang anak yang kemudian menjelama menjadi pahlawan ini menghadapi semua serangan dengan senyum dan kesantunan tak terbatas. Melawan bak air yang tenang, semua pukulan dan tendangan hanya disambut dengan riak kecil tanpa perlawanan, namun justru efektif karena berbalik menjadi bumerang bagi penyerang. Anas pun tetap tersenyum manis menyapa fans nya melalui twitter dengan kicauan kicauan ringan tentang kuliner, bola dan harga kedelai atau bawang. Sesekali muncul di televisi tetap dengan senyum ringan dan menganggap semua masalah sebagai cara untuk naik kelas. Hebat. Berkaitan dengan kemampuan mengelola pertarungan ini skorpun menjadi 3 : 0, SBY kembali kalah telak.
Lalu peristiwa demi peristiwa semakin memperjalas situasi konfliktual Anas dan Cikeas. Anas yang notabene adalah pesakitan karena di “tersangkakan” oleh KPK justru terlihat enjoy dan nyaman, smentara SBY di banyak penampilan publiknya selalu salah gestur. Belakangan beredar sms ketua Umum partai demokrat ini di berbagai Medsos yang memperlihatkan cara beliau yang sangat tidak elegan. Anas pun menang dimata publik. Skor 4 : 0.
Masih ada beberapa pertarungan lagi. Kita tunggu pemenang selanjutnya.
Bersambung….
0 komentar:
Posting Komentar