Beberapa orang yang mengelingi dan bersalaman dengan Jokowe dikondisikan oleh fotografer wartawan dengan meriah yang seolah-olah dihadiri oleh ratusan orang. Padahal hanya beberapa orang saja dan tidak semuanya antusias dengan kehadiran Jokowe.
Kerja dan kata-kata yang biasa saja dari seorang Gubernur yang digaji untuk bekerja mengurus sebuah Propinsi DKI itu menjadi luar biasa karena bahasa dan sorotan media yang spektakuler di Jakarta.
Ini tentu saja berlainan dengan konsert Unggu dan Rossa yang dihadiri Jokowe di Kuala Lumpur beberapa waktu lalu.
Seorang penyanyi Ungu yang berkali-kali mempromosikan kehadiran Jokowe seolah tidak di gubris oleh penonton. Bahkan ditambah lagi dengan kalimat, Jokowi ini dipilih untuk membesarkan Jakarta, tapi dia lebih terkenal dari Jakarta.
Bahkan disaat Jokowe meninggalkan lokasi, penonton masih saja asik mendengarkan lantunan lagu campuran artis dari Indonesia dan Jakarta. Walaupun Jokowe jalan didekat mereka dan tanpa pengawalan, namun TKI juga tidak minat berdiri melepas kepergiannnya. Hanya beberapa orang saja yang berusaha bangkit dan duduk kembali setelah menyalami Jokowe.
Tidak ada kerumunan massa untuk melihat kehadiran dan kepergian Jokowe. Tidak ada rebutan salaman pada Jokowe yang seolah-olah tidak mereka kenal. Saya juga waktu itu salaman dengan Jokowe, bukan karena mengagumi tapi hanya karena budaya timur yang harus menghormati. Ini juga waktu itu saya salaman karena tidak banyak orang yang mau salaman dengan dia (tidak rebutan) dan saya salaman juga karena saya datang ke sana bukan untuk melihat konsert tapi hanya sebagai pemerhati saja.
Saya yakin panitia yang ditugaskan mengiringi Jokowe waktu itu lebih banyak dari masyarakat Indonesia yang bersalaman dengan Jokowe. Padahal mayoritas penonton ketika itu adalah orang Indonesia (TKI)
Bravo Tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia, saya salut dan kagum dengan kalian.. karena kalian ternyata lebih cerdas dari media di Indonesia dan kalian tidak termasuk kebanyakan orang Indonesia yang mau menjadi mangsa, karena dibodohi dan ditipu oleh pencitraan, pembohongan media.
0 komentar:
Posting Komentar