blazer korea murah

Menguji Kejujuran Politikus vs Tentara




13827866581997666876

diolah dari postingan Joshua Martono



Tulisan Joshua Martoni di Kompasiana Rabu (23/10/2013) berjudul “Tentara OPM: Internet Menjadi Sarana Kami dalam Membuka Dunia Luar” cukup menarik untuk dipelajari lebih dalam. http://politik.kompasiana.com/2013/10/23/tentara-opm-internet-menjadi-sarana-kami-dalam-membuka-dunia-luar-601575.html


Penulis membandingkan pernyataan dua tokoh Papua merdeka, yakni Pdt. Dr. Socratez Sofyan Yoman yang tergolong rajin menelurkan buah pikirannya dalam bentuk buku dan Lambert Pekikir yang berjuang dengan senjata. Kedua tokoh itu secara tak langsung telah mewakili kelompoknya masing-masing, yaitu kelompok elit politik yang berjuang di pusat kota dengan kelompok tentara yang terus beroperasi di tengah hutan.


Konflik kedua kelompok itu timbul ketika dunia luar mengkritisi Pemerintah Indonesia yang dinilai kelewat protektif terhadap Papua. Mereka menuntut Pemerintah Indonesia segera membuka akses bagi para jurnalis dunia ke Papua. Tetapi sang politikus Socratez Sofyan Yoman mendompleng tuntutan itu dengan tuntutan lain, yaitu meminta PBB mengutus wakil khusus untuk menyelidiki masalah HAM di tanah Papua. Menurut Socratez, negara dengan sengaja telah mengisolasi Papua selama kurang lebih 50-an tahun (1963-2013).


Namun kelompok Tentara Pembebasan Nasional (TPM-OPM) yang diwakili Lambert Pekikir agak berbeda sikap. Kepada Maula Asadillah dari Suluh Papua Lambert mengaku kelompoknya selalu berubungan dengan dunia luar melalui internet. Joshua Martono mengapresiasi pernyataan Lambert Pekikir sebagai pernyataan tentara yang jujur.


Informasi tentang Papua Bertebaran di banyak media asing


Saya sepakat dengan Joshua, bahwa apapun yang terjadi di Papua tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Ketika keingin tahuan publik tentang apa yang sesungguhnya terjadi di Papua, para jurnalis selalu punya caranya sendiri untuk memuaskan dahaga pembacanya. Karena faktanya, Papua sekarang jauh berbeda dengan Papua di masa lalu. Papua sekarang sudah memiliki jaringan internet hingga ke gunung-gunung. Maka dunia bisa mengetahui keadaan di pedalaman Papua dalam tempo relatif singkat. Demikian pula orang-orang di pedalaman Papua bisa mengetahui perkembangan dunia luar dalam tempo singkat.


Simak saja berita tentang Dany Kogoya yang mengirim email ke ABC News dilengkapi foto-fotonya dari Camp-nya di Viktoria (dekat perbatasan RI-PNg). Surat elektronik Dany itu langsung menjadi headline berita ABC News di bawah judul “Danny Kogoya says the Indonesians amputated his leg without his permission ”. http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/07/11/pentingnya-kaki-dany-kogoya-bagi-media-australia-575949.html



Fakta lain, Papua saat ini banyak dikunjungi turis asing tanpa dihalang-halangi. Ada yang sekadar berwisata untuk menikmati keindahan alam Papua nan asri, namun tak jarang pula di antara mereka ada jurnalis yang menyamar sebagai wisatawan. Contohnya, dua jurnalis dari ABC News Hayden Cooper dan Lisa Main Agustus tahun lalu. Hasil liputan undercover kedua jurnalis tentang masalah Papua itu sempat bikin heboh dunia.


Hasil ‘jalan-jalan’ ke Papua kedua Jurnalis Australia yang juga ditayangkan dalam “Program 7:30 Report ” di saluran televisi ABC itu, berisi kesimpulan bahwa ‘Densus 88 telah melancarkan kampanye berdarah terhadap para aktivis Papua’ . Situs radio ABC menulis “…muncul bukti yang semakin besar bahwa satuan anti teroris itu terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang dalam upaya menumpas gerakan separatis di Papua “.


Berita itu tentu saja tidak benar dan sangat tendensius. Karenanya ia segera redup ketika respon dunia internasional terkesan biasa-biasa saja. Kunjungan para duta besar ke wilayah Papua juga terjadi hampir setiap tahun, seperti Dubes Belanda, Norwegia, Amerika, dan masih banyak lagi. Mereka umumnya paham bahwa negara Indonesia wajib (bahkan berhak) melindungi wilayahnya dari upaya provokatif pihak luar yang masuk dengan berbagai kepentingan. Dunia tentu punya sikap sendiri, siapa yang mesti mereka percayai : Lambert Pekikir atau Socratez Sofyan Yoman. [***]



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/26/menguji-kejujuran-politikus-vs-tentara-605102.html

Menguji Kejujuran Politikus vs Tentara | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar