Akhir-akhir ini, Presiden SBY sering mendapat sorotan dari banyak pihak atas kebiasaannya mengumbar keluhan di ruang publik.Presiden SBY mengeluh merasa dizalimi dan merasa menjadi korban atas pemberitaan media. Keluhan-keluahn yang utarakan oleh Presiden bermacam-macam, dari yang masalah pribadi, keluarga dan yang sering menjadi berita dimedia masa adalah partainya.
Hal ini jelas, sebagai presiden memang banyak dihadapkan masalah-masalah Negara, dan sebagai pemimpin Negara beliau juga merangkap sebagai pemimpin di partainya. Namun sebagai pemimpin Negara, beliau lebih sering mengeluh tentang pribadinya yang diserang oleh media dan juga partainya yang diserang oleh partai lain.
Kenapa Presiden sering mengeluh? Keluhan-keluhan presiden yang diutarakan dipublik memang sudah menjadi kebiasaan. Memang pada dasarnya karakter presiden SBY adalah sorang pengeluh. Bagaimana tidak? Sejak beliau dizalimi oleh Presiden Megawati, SBY mulai menjadi buah bibir di media masa. SBY mulai menjelma menjadi media darling pada masa itu. Puncaknya beliau terpilih menjadi seorang presiden menggantikan Presiden Megawati. Dengan menjadi orang yang terzalimi itulah beliau menjelma menjadi orang nomor 1 di Indonesia.
Saya rasa dari kebiasaan beliau yang merasa menjadi orang terzalimi itulah, beliau tanpa sadar telah berubah menjadi seorang pengeluh. Sepertinya sosok sebagai orang terzalimi inilah yang kekuatan politik beliau. Karena sebagai kekuatan utama dalam politiknya, mengeluh di media masa lama-lama menjadi kebiasaan. Karena dengan mengeluh dimedia masa itulah SBY menjadi sosok terlihat sebagai orang terzalimi.
Zaman memang mudah berubah, dari kebiasaan rakyat yang mudah iba terhadap orang yang terzalimi, sekarang rakyat menjadi haus akan sosok pemimpin yang bersih, jujur, tegas dan mampu bekerja untuk rakyatnya. Rakyat mulai bosan dengan keluhan-keluhan yang diutarakan oleh presiden, sedangkan rakyat butuh pemimpin yang mampu melindungi, mensejahterakan dan mampu menyelesaikan masalah-masalah rakyatnya.
Presiden ditinggalkan media
Presiden SBY merasa cemburu, karena media lebih cenderung memberitakan berita negative tentang dirinya, keluargnya dan juga partainya, sedangkan yang menjadi media darling sekarang adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Kenapa Jokowi dekat dengan Media? Karena Jokowi selalu terbuka terhadap media, kemanapun Jokowi pergi dan media mengikuti jokowi santai saja dan tidak melarangnya. Berbeda yang dilakukan oleh SBY, media yang meliput kegiatan beliau hanyalah media tertentu yang bisa diaturnya saja. Hal ini membuat media pada umumnya tidak bisa memberitakan yang sebenarnya.
Ketertutupan SBY terhadap media inilah yang menyebabkan media menjauh dari beliau, sedangkan pemberitaan tentang Jokowi kini memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Tidak salah memang kalau media lebih cenderung mencari berita tentang Jokowi, karena masyarakat lebih tertarik dan penasan tentang segala sesuatu yang dilakukan oleh Jokowi.
Sebagai pemimpin seharusnya yang mendengarkan dan menyelesaikan keluhan rakyatnya. Sebagai pemimpin harus terbuka, supaya rakyat lebih mengenal pemimpinnya. Jangan mengeluh dan jangan cemburu, yang penting berbuat untuk rakyat dan bukan hanya untuk partainya!
Salam, kompasioner.
0 komentar:
Posting Komentar