Kompasiana yang baru berusia 5 tahun sudah menunjukkan auranya sebagai media sosial yang diperhitungkan dampaknya di tengah-tengah masyarakat. Semakin mendekati Pemilu 2014, media sosial memang menjadi sasaran partai politik atau caleg mempromosikan diri untuk dipilih. Media memang menjadi sarana yang ampuh menarik minat pemilih.
Kompasiana sendiri meski berusia relatif muda, memiliki pasar yang besar untuk bisa mempengaruhi. Nama besar kompas gramedia dan semakin banyaknya orang yang mendaftar menjadi anggota kompasiana, membuat kompasiana sedikit demi sedikit menjadi raksasa media sosial. Kita bisa dengan mudah melihat akun sebuah partai atau seorang caleg di Kompasiana.
Selain akun yang mempromosikan suatu kepentingan politik, ada juga akun abal-abal yang berusaha menjatuhkan pamor seseorang dan juga membela kepentingan politik seseorang. Untuk hal satu ini saya sangat kewalahan meladeninya. Komentar yang terus menerus dengan cata copas, membuat artikel saya mengalami ledakan komentar yang sangat tinggi. Mau dihapus malah semakin banyak komentarnya.
Dua tulisan saya yang menuliskan tentang Jokowi dan tentang Ical mendapatkan serangan komentar bertubi-tubi tersebut. Sebuah serangan seperti birus yang menyebabkan orang lain menjadi tidak nyaman. Karena harus capek menurunkan layar sampai bisa membuat komentar baru.
Satu sisi saya senang dengan semakin diperhitungkannya Kompasiana, tetapi saru sisi saya juga menjadi tidak nyaman dengan cara akun abal-abal mengganggu diskusi yang terjadi didalam setiap tulisan. Resiko memang jika Kompasiana semakin menunjukkan kemolekkannya sebagai media sosial yang berpengaruh.
Karena itu, saya berharap Kompasiana bisa lebih aktif mencegah akun abal-abal yang sangat mengganggu ketika ada laporan dari kompasianer. Kompasianer juga harus sabar dan tidak perlu menanggapi akun abal-abal yang tujuannya hanya mengganggu diskusi.
Selamat kepada Kompasiana yang semakin diperhitungan dalam dunia politik. Semoga semakin baik dari hari ke harinya.
Salam.
0 komentar:
Posting Komentar