Mungkin karena sedemikian istimewa telinga, sehingga kita jauh lebih cepat bereaksi terhadap suara daripada terhadap tulisan. Permusuhan lebih gampang terbangun karena isu-isu yang melibatkan suara. Penyimpangan informasi yang disebabkanoleh “salah dengar” atau “salah arti” menghasilkan kesimpulan dan reaksi yang berbeda. Informasi yang menyimpang dapat terjadi karena kita mendengar secara tidak fokus, tidak konsentrasi, terlalu banyak bicara, terlalu kompleksnya informasi, penggunan kata-kata bersayap (Multi interpretable), melibatkan banyak orang, dan ada kepentingan tertentu. Keadaan seperti ini akan sangat berbahaya jika informasi sengaja dibuat menyimpang, misalnya untuk kepentingan politis.
Para pakar manajemen strategis memberikan tips sederhana, untuk mengkaji informasi, chek- re-chek, cross-chek, dan Final check. sangat berbahaya jika seorang pemimpin tidak bisa melakukan tips-tips sesederhana ini. “world’s don’t mean, people mean”, kata ahli komunikasi. Kata-kata yang diucapkan atau yang ditulis, sebenarnya tidak memiliki makna yang tunggal. Maknanya tergantung siapa yang bicara dan terlebih siapa yang mendengar. Jika anda berbicara didepan orang kampung terpencil yang memiliki stok pengetahuan terbatas, janganlah anda berbicara dalam bahasa ilmiah. Pemahaman terhadap informasi dapat juga menjadi sumber malapetaka. Jika yang dimaksud A tetapi yang dipahami B, maka runyamlah akibatnya. Jauh lebih berbahaya lagi jika mendengar informasi sepotong-sepotong lalu menyimpulkan berdasarkan stok pengetahuannya. Apalagi jika informasi itu dilepaskan dari konteksnya. Misalnnya perkataan anda yang cocok dengan satu situasi, akan dipahami berbeda jika diulang dalam situasi yang lain. Ucapan anda itu mungkin saja untuk bergurau ketika disampaikan dalam situasi rileks. Namun, jika informasi itu disampaikan diluar situasi rileks, ucapan anda bisa menjadi malapetaka.
Teks dan konteks adalah dua hal penting dalam berbicara dan mendengar. Biasanya yang paling berbahaya adalah apabila informasi itu dipelintir dan direkayasa untuk kepentingan politik.
Orangn bijaksana biasanya lebih banyak mendengar daripada bicara. Kalau toh bicara, ia tak mendominasi percakapan dan memberikan ruang yang luas bagi otaknya untuk menganalisis. Dengar, dengar, dengar, lalu bicara….
Sekian – mbola so..
0 komentar:
Posting Komentar