Jokowi harus diakui sebagai “the rising star” di jagad perpolitikan negeri ini. Anda setuju atau tidak setuju, mau tidak mau anda harus mengakuinya, sukarela atau terpaksa.
Ekspektasi rakyat yang demikian tinggi terhadap pasangan ini, selain menghasilkan dukungan sangat banyak, potensial juga untuk menghasilkan kekecewaan yang sangat mendalam. Orang terakhir yang giat menata Jakarta adalah Ali Sadikin, puluhan tahun berikutnya (mungkin setengah abad) Jakarta tidak pernah ditata dengan serius. Jakarta telah menjadi rumit dan runyam, segala hal buruk berkelindan saling berkait menjadi sangat kusut. Sulit untuk menentukan simpul yang mana yang harus diurai terlebih dahulu. Segala ambisi, hasrat, nafsu, keserakahan, angkara murka tumplek di situ. Kerumitan Jakarta jauh melebihi apa yang dapat kita pikirkan.
Menata ulang Jakarta agar menjadi kota beradab dalam lima tahun adalah tidak mungkin dan tidak masuk akal, apalagi hanya setahun. Hanya superman yang sanggup, tetapi superman hanya ada di Hollywood. Inilah yang potensial menjadi sumber kekecewaan mendalam. Banyak yang mengharapkan Jokowi-Ahok adalah superman, atau Upasara Ulung yang memiliki ajian pamungkas.
Saya tidak berharap demikian, saya tidak berharap bahwa lima tahun dari sekarang Jakarta bebas dari kemacetan, bebas dari banjir, bebas dari polusi, lalulintas yang tertib, nyaman dan aman, bersih dan resik, birokrasi yang lancar dan bersih dari sogokan. Saya hanya berharap, Jakarta makin baik setiap hari, titik. Continious Improvement, Kaizen. Sampai detik ini, ekspektasi saya terpenuhi.
Setiap survey pencapresan selalu menempatkan Jokowi sebagai kandidat dengan elektabilitas tertinggi dengan selisih yang sangat jauh dari calon lainnya. Bahkan survey yang dipesan Parpol lain tetap menempatkan Jokowi di posisi teratas. Kesimpulan : Banyak yang menginginkan Jokowi menjadi Presiden pada tahun 2014. Untuk yang satu ini, SAYA TIDAK SEPENDAPAT.
Saya justru mengharapkan pak Jokowi bersedia menjadi Menteri Pendidikan, mengapa?.
Jabatan Presiden terlalu banyak diisi kegiatan seremoni dan protokelar, itu tidak sesuai dengan karakter Jokowi yang selalu ingin turun langsung. Itu alasan pertama.
Masa depan bangsa ini terletak pada mutu pendidikan generasi muda atau generasi penerus. Di sinilah harapan paling besar untuk memperbaiki negeri ini di masa depan. Kalau generasi tua yang sekarang duduk nyaman di kursi kekuasaan, mereka itu adalah generasi karatan yang tidak mungkin berubah lagi, hanya kematian yang dapat menghentikan keserakahannya. Toh sebentar lagi mereka akan dilemparkan ke liang kubur kemudian dibakar di neraka, jadi mari kita cuekin saja. Kita perlu memutus hubungan antara generasi muda dengan generasi yang karatan ini agar sifat karat itu tidak diwariskan ke generasi muda. Itu dapat kita lakukan melalui pendidikan yang baik dan benar. Dan untuk ini Jokowi menjadi sosok paling sesuai. ini alasan kedua.
Pendidikan kita ini aneh. Anggaran meningkat, tetapi mutu melorot. Ke mana anggaran itu lari?. Anggaran pendidikan meningkat, tetapi sekolah makin mahal, ajaib kan?. Salah satu penjelasan paling logis adalah “korupsi”, uang habis menguap karena korupsi. Masa depan generasi muda habis dikorupsi, jadi logis juga jika nanti generasi muda ini juga korupsi, begitu juga generasi berikutnya dan berikutnya. Korupsi terwariskan sepanjang masa. Mengherankan kenapa KPK tidak pernah menyidik Kementerian Pendidikan ini.
Di sinilah Jokowi saya harapkan. Membersihkan Kementerian pendidikan dari semua unsur koruptif dan menjadikannya menjadi Kementerian paling bersih dan steril dari korupsi, adalah berarti memutus rantai warisan sifat koruptif dari generasi tua bangkotan ini. Setelah semua generasi yang berkarat ini mati, generasi muda kita telah siap mengambil alih, generasi yang bersih, berkomitmen, bertanggungjawab, nasionalis, dan bermoral. Negeri ini akan maju, sejahtera dan kuat.
Begitulah pendapat saya.
0 komentar:
Posting Komentar