Indonesia adalah negara besar dengan pemuda yang luar biasa. Pemuda yang menyatukan visi dan misi pada hari ini, 85 tahun yang lalu. 28 Oktober 1928 cita-cita Indonesia disatukan. Mari kita ingat kembali isi dari Sumpah Pemuda itu:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoewa
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Saat ini, para pemimpin tidak lagi menjadi pemimpin bagi bangsanya. Para putera bangsa Indonesia sudah mulai melupakan cita-cita luhur bangsa ini. Saat ini kebangsaan terpecah-pecah menjadi partai politik, dinasti politik, kekuatan kapitalis dan kepentingan pribadi. Pemimpin yang seharusnya memimpin dengan amanah, sudah tidak lagi menunjukkan hal tersebut.
Sebagai orang Indonesia, kita masih beruntung memiliki sosok seperti Bapak Jokowi dan Ahok yang memimpin dengan hati nurani. Ketegasan yang ditampilkan luar biasa, menantang segala ancaman yang datang kepada mereka. Tidak pernah takut kepada ancaman preman-preman kampung dan jago kandang. Berapa banyak jago kandang memprotes kebijakan dari Bapak Jokowi dan Ahok, Tanah Abang dan Lenteng Agung jadi saksi betapa jago kandang berusaha menampilkan kuasanya di Jakarta ini.
Sekali ketegasan ditampilkan, pantang surut menerapkannya. Tambah lagi, kendaraan yang menyerobot jalur busway akan didenda dengan jumlah yang sangat besar. Bagus sekali jika kebijakan itu segera diterapkan. Di Jakarta ini memang banyak orang yang sudah tidak perduli dengan sesamanya. Kalau bisa menghalalkan segala cara agar sampai ke tujuan pasti dilakukan. Contoh kecil adalah menyerobot jalur Trans Jakarta. Bagaimana kita mau punya pemimpin yang memimpin jika rakyatnya sendiri tidak mampu memimpin diri dengan baik. Tumpul hati nuraninya.
Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta ini memang merupakan orang yang menampilkan kepemimpinan yang sungguh memimpin. Mereka mencontohkan hal-hal yang memang sepatutnya dilakukan oleh pemimpin. Tidak seperti pemimpin yang lain, yang kerjanya hanya mengeluh soal rongrongan ormas kecil terhadap partainya. Tidak mengeluh bahwa partai yang perduli dengan korupsi malah jadi bulan-bulanan media massa. Tentu media massa tidak bodoh dalam meliput berita. Jika partai berkuasa, menampilkan sifat yang kontradiktif dengan semangat kebangsaan tentulah menjadi sebuah berita menarik.
Lebih lucu lagi saat Ibu Negara dipermalukan di twitter karena mengatakan komentar seseorang adalah komentar yang bodoh. Dari jawaban sang komentator tentu lebih membuat Ibu Negara menjadi lebih tersudut. Ini adalah ketidakmampuan mengelola media dengan baik dan benar. Sangat menyedihkan saat seorang Ibu Negara diangkat secara ironi sebagai orang pintar dan akan membuat pandai rakyat yang masih bodoh. Sedangkan siapapun bisa melihat, siapa yang bodoh di dalam kasus ini.
Akhirnya memang kita menuai produk pemimpin didikan Era Soeharto. Namun masih ada harapan ke depan bagi bangsa ini untuk maju dan menjadi besar. Mungkin dengan memalingkan muka sejenak dari pemimpin-pemimpin yang tidak memimpin kepada orang yang benar-benar berjiwa pemimpin. Selamat Hari Pemuda.
0 komentar:
Posting Komentar