Sudah gerah rasanya. Entah sejak kapan ini dimulai, namun tetap berlanjut hingga hari ini. Menjadi buah bibir dan sorotan media setiap hari. Di mana pun di seluruh penjuru bumi. Bahkan Amerika Serikat yang ‘katanya’ sangat toleran dan ‘mbah-nya’ demokrasi. Konflik Horizontal. Konflik yang tidak pernah padam hingga hari ini. Israel vs Palestina, Rohingya vs umat budha Myanmar, Holocaust, Apartheid, Mei 1998, Sampit. Itu hanya sedikit bagian dari yang tercatat dalam sejarah, belum lagi yang tidak tercatat. Konflik antar suku di Afrika dan Papua misalnya. Tidakkah anda gerah? Semua konflik di atas didasari atas perbedaan. Perbedaan yang dibawa sejak lahir. Palestina-Israel dan Holocaust murni konflik politik, omong kosong! Semuanya diawali karena perbedaan. Apa yang salah dari sebuah perbedaan? Ada banyak alasan. Merasa golongannya paling benarlah. Tidak sedikit juga yang berawal dari konflik antartetangga, menjadi antarwarga, antarkampung, dan tiba-tiba menjadi antarsuku. Ejekan-ejekan soal perbedaan pun tetap ada hingga hari ini. Pelakunya tidak hanya orang dewasa, bahkan siswa sekolah dasar. Di Amerika Serikat pun masih sering terjadi ejekan-ejekan ini di sekolah-sekolah. Mulai dari ciri-ciri fisik seperti murid-murid kulit putih menghina murid-murid kulit hitam, murid-murid kulit hitam menghina murid-murid Asia, hingga penghinaan agama dan dialek bahasa ibu. Apa yang meracuni murid-murid lugu itu hingga berani mempermasalahkan SARA? Apakah karena didikan orang tua? Didikan guru? Atau media? Haruskah kita menyalahkan Tuhan yang telah menciptakan kita dengan perbedaan? Haruskah kita meminta Tuhan menciptakan kita seperti kecoa yang homogen? Dan haruskah ada invasi alien agar seluruh umat manusia bersatu tanpa memandang perbedaan?
0 komentar:
Posting Komentar