Perseteruan Anas SBY makin ramai, SBY makin “terjebak” dengan permainan Anas yang cantik, tak gembaor gembor secra besar-besaran, tapi kena sasaran. Teknologi internet telah membantu Anas dan jaringannya menyusun kekuatan untuk melawan SBY, yang telah menyingkirkarnya menjadi “orang yang terbuang” dari Partai Demokrat. Anak salah satu darai “anaka-anak macan”nya SBy telah mengaum keras, dan suara Partai Demokrat, bisa-bisa gembos pada Pileg 2014 mendatang.
Semakin SBY terpancing dengan gaya “permainan” Anas, semakin citra SBY akan terpuruk, karena SBY akan “dicap” terlalu memikirkan Partai Demokrat, ketimbang memikirkan kesejahteraan rakyat, ketimbang mengangkat hak-hak buruh, atau melawan kekuatan pengusaha yang telah membuat buruh semakin tersia-sia dengan sistem kontrak yang diberlakukan. SBY seakan tak peduli nasib buruh, nasib para karyawan mudah disingkarkan dengan adanya sistem kontrak tersebut! Padahal para karyawan adalah rakyat juga, yang perluditingkan kesejahteraannya.
Ya SBY seperti lupa pada rakyatnya yang harus dibela, karena terlalu sibuk dengan menyelamatkan Partai Demokrat yang didirikannya. Padahal kalau SBY lebih memperhatikan rakyat banyak, otomatis rakyatpun akan senang kepada SBY, rakyat senang kepada SBy akan membawa dampak postif bagi Partai Demokrat. Tapi bila SBY sibuk berseteru dengan Anas, sama juga SBY terpancing dengan permainan politik Anas, ini sangat disayangkan.
Kabarnya Anas punya “kartu truf” yang kuat, bila ini di buka, akan membuat gonjang ganjing perpolitikan nasional akan semakin kencang dan badai akan menghantam orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan sekarang ini, konon kabarnya nama-nama baru sudah tersebar, tapi yang namanya rumor memang sukar dicari barang buktinya, ya seperti angin yang berhembus, seperti ada dan tiada. Namun yang jelas Anas akan bermain panjang, seperti yang pernah dilakukan oleh Akbar Tanjung ketika tersangkut suatu kasus dan ujung-ujung bebas.
Politikus sekalibar Akbar Tanjung bisa jadi “gurunya” Anas, karena sama-sama dalam satu organisasi, yang membawa nama besar yang disegani masyarakat inteletual. Nah bagi Anas bisa saja permainan “kartu truf” akan dibuka sedikit demi sedikit, terutama menjelang 2014 nanti. Dan Anas setelah keluar dan berhenti dari Partai Demokrat lebih bebas lagi “bernyanyi” dan tak terkait dengan AD/ART Partai Demokrat lagi, dengan demikian Anas bebas menggunakan jurus “pendekar mabok” sekalipun. Wajah Anas telah mendukung penampilannya yang kalem, santun dan tak grasa grusu.
Jadi tak terlihat seperti ada gejolak di dalam dadanya, dan ini sukar terbaca bagi lawan politiknya, baik yang ada di dalam Partai Demokrat atau parati-partai lainnya. Yang jelas Anas secara politis dan sosial sudah “terhukum” sudah” diadili” dan sukar sekali mengembalikan nama baiknya kelak, padahal Anas Urabaningrum politikus muda yang handal, sayangnyanya kesandung juga. Ibarat sepandai-pandai tupai melompat, suatu waktu terjatuh juga. Tapi kalau Anas bisa berkelit dan mampu bertahan dan memperpanjang permainan ini, paling tidak Anas berhasil menurunkan kepercayaan pada Partai Demokrat, ada suara rakyat pada Pilpres 2014 diperkiran akan semakin jatuh.
Lalu SBY dikasihani karena telah ikut membesarkan nama Anas Urbaningrum, yang kini menjadi “macan?” Ya ga perlu dong, buat apa? Yang perlu dikasihi itu rakyat banyak, yang terjerat kemiskinan dan mahalnya harga-harga barang. Kalau begitu yang perlu dikasihani Anas Urbaningrum? Ah… yang ini juga tidak, banyak teman-teman Anas di berbagai kalangan yang akan membantunya, jadi tak perlu dikasihani. Yang perlu dikasihani itu jelas-jelas rakyat. SBY dan Anas itu hanya pertarungan politik, walau tidak diakui, yang dihembuskan adalah pertarungan antara Anas dan Nazarudin, kawan yang kini menjadi musuh!
Itulah politik, kawan bisa menjadi musuh yang bebuyutan, bila kepentingan berbeda dan lawan bisa menjadi kawan yang membela mati-matian, bila kepentingannya sama. Ini sangat terlihat pada gonjang ganjing di Partai Demokrat. Dan itu bermuara pada korupsi, Nazarudin dan Anggi, keduanya sudah ditangkap dan di vonis alias masuk penjara, terlepas dari rasa keadilan, dimana keduanya mendapat hukuman ringan, ini menandakan kerja KPK yang nyata. Jadi bisakah Anas terbebas dari jeratan KPK, ya itu lihat nanti di sidang pengadilan tipikor.
Anas dengan kawan-kawanya yang seide sedang melawan SBY, SBY sampai harus turun tangan sendiri, kemana itu orang-orang Partai Demokrat. SBy yang masih Presiden RI harus dibuk “melawan” atau “menangkis” serang-serangan Anas melalui kicaunnya di Twitter! Energi SBY akan habis bila terus menerus meladeni serangan Anas, mestinya Anas cukup dibiarkan atau dilawan oleh anak buah SBY di Partai Demokrat, atau mungkin anak buah SBY di PD sedang ancang-ancang angkat kaki, bila SBY turun dari kursi Presiden, karena tak bisa diharapkan lagi perlindungannya, terutama oleh politikus-pilitkus “kutu loncat” atau politikus oportunis yang memang kerjaannya menggelantung pada kekuasaan!
Anas dan SBY, teman yang kini menjadi lawan, SBY sebagai Presiden dan Anas sebagai rakyat, sebenarnya tidak imbang, tapi karena Anas konon punya kartu truf, maka apa yang diketahui Anas membahayakan SBY dan PD. Akankah “pertarungan” itu selesai dan damai, atau justru semakin kencang menjelang Pileg dan Pilpres 2014? Kita lihat saja nanti, siapa yang tetap bertahan, siapa yang akan jatuh?
0 komentar:
Posting Komentar