Kota dalam kaleng adalah salah satu garapan siswa-siswi yang tergabung dalam Songennep Pinhole Camera – SMA Negeri 1 Sumenep dengan menggunakan Pinhole Camera (kamera lubang jarum) dari kaleng bekas sebagai alat fotografi sederhana untuk menciptakan alternatif keindahan sudut pandang. Kegiatan ini berupa pameran foto kota Sumenep di Stand SMA Negeri 1 Sumenep dalam Pameran Pembangunan (28 Oktober sampai dengan 2November 2013)yang dipusatkan di Gelora Ahmad Yani –Pangligur- Sumenep. Foto-foto yang diambil dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda, yang mencoba kembali ke titik awal fotografi untuk memulai dari sebuah pemikiran sederhana, terbatas namun bisa memberikan efek yang tak terduga. Suatu cara kami merayakan ulang tahun kota dengan mengabadikan apa yang ada dan tumbuh di tengah kota.
Pertama, bangunan bersejarah – Masjid Jamik Sumenep Masjid Jamik Sumenep saat ini telah menjadi salah satu landmark di Pulau Madura. Dibangun Pada pemerintahan Panembahan Somala, Penguasa Negeri Sungenep XXXI, dibangun setelah pembangunan Kompleks Keraton Sumenep dengan arsitek yang sama yakni Lauw Piango. Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi. Sampai saat masjid itu masih kokoh dan menjadi jujukan para peziarah atau pun wisatawan yang datang ke Sumenep.
Kedua, Gedung Perkantoran. Beberapa gedung perkantoran Sumenep memiliki arsitektur yang khas seperti kantor Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) yang bersebelahan dengan pendapa kabupaten Sumenep. Tiang-tiangnya yangkokoh dan bentuknya yang unik,menampilkan keanggunan dan menarik pula untuk dijadikan sebagai salah satu bagian dari bangunan bersejarah yang ada di Sumenep.
Saat memperingati hari jadi kabupaten Sumenep ke- 744 kami merasa perlu untuk merenungi kembali peninggalan masa silam. Ternyata bahwa masa silam tidak selalu berarti ketinggalan jaman,sebab: pertama, bangunan-bangunan masa silam tersebut ternyata sangat akomudatif dengan lingungan setempat sehingga adopsi dan daptasi arstektur dari bangsa lain menjadikannya sesuatu yang unik,dan kahirnya menjadi khas.
Kedua , bangunan tempat ibadah –masjid Sumenep bukan hanya mengadopsi bentuk bangunan tetapi di dalamnya menyiratkan makna toleransi. Simbol perpaduan antar bangsa Eropa, China, dan Jawa. Realitas yang mengokohkan adanya kerjasama antar etnis, antar bangsa dan antar agama di masa lampau.
Ketiga , dalam perjalanannya kota-kota sudah dicandui oleh perkembangan ekonomi kapital, kadang menggusur masyarakat setempat baik secara ekonomi dan soisal. Secara ekonomi bertumbuhnya sawayalan dengan aneka bentukdan korporasinya telah mematikan sumber ekonomi masyarakat kecil dengan lenyapnya beberapa toko pracanagan yang semula berperan memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya. Hadirnya papan iklan berukuran besar di tengah kota telah menjejalkan pelbagai produk dan secara berkala mengubah tema untuk menarik minat masyarakat. Ajakan yang cenderung mengajak kita konsumtif.
Semoga, para penentu kebijakan di kabupaten Sumenep mampu memberikan layanan yang lebih baik dan lebih mensejahterakan masyarakatnya.(Hidayat Raharja).
0 komentar:
Posting Komentar